Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
Meskipun begitu, Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa realisasi lifting migas sebesar 1,8 juta boepd itu setara dengan 101,1% dari Work Plan and Budget (WP&B) yang disepakati dengan para Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang tercatat sebesar 1,79 juta boepd.
Namun, terkait dengan realisasi yang meleset dari target APBN, Dwi mengatakan bahwa hal itu terjadi lantaran sejumlah alasan.
Misalnya, terjadi karena beberapa insiden mulai dari unplanned shutdown, kebocoran pipa, kelistrikan serta hal non teknis seperti kebakaran hutan yang berdampak pada operasional PT Chevron Pacific Indonesia (CPI). Termasuk juga insiden yang terjadi di PHE ONWJ di Sumur YYA-1.
Baca Juga: Harga minyak stabil, Brent US$ 64,22 per barel dan WTI US$ 58,04 per barel
Selain itu, realisasi lifting yang tak mencapai target ini juga terjadi karena produksi migas sejumlah KKKS yang meleset dari target.
Adapun, pada tahun ini SKK Migas memprediksi akan ada selisih sekitar 50 ribu bph antara target lifting minyak dan kemampuan produksi KKKS.
Dwi menjelaskan, kemampuan produksi KKKS diprediksi sebesar 705 ribu bph. Untuk itu, pihaknya berharap dapat mengejar target lewat upaya optimasi dua blok penyumbang lifting terbesar yakni Blok Rokan dan Blok Cepu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News