Reporter: Dani Prasetya | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kementerian Perindustrian bakal mengoreksi target pertumbuhan semester II 2011 lantaran kekhawatiran terhadap potensi terkena imbas krisis finansial Uni Eropa (UE) dan Amerika Serikat (AS) sampai ke Indonesia.
Imbasnya tidak datang langsung dari UE dan AS, namun melewati China yang dikhawatirkan pangsa pasarnya di AS dan UE bakal tergerus. Efek tidak langsung atau biasa disebut second round effect dari China ini bakal terasa karena ekspor Indonesia ke China cukup besar.
Pada 2010, tercatat nilai ekspor mencapai US$ 15,7 miliar atau naik sekitar 17% dari periode yang sama di 2009. Tapi memang, pertumbuhan impor masih lebih besar yakni sekitar 34%.
"Saya memang berpikir untuk menghitung kembali target pertumbuhan industri, apalagi kalau China sudah terkena dampaknya, Indonesia pun akan terkena" ucap Menteri Perindustrian M.S. Hidayat, Rabu (7/9).
Ketergantungan transaksi perdagangan antara Indonesia dan China itu berpeluang melemahkan industri dalam negeri terutama yang berbasis sumber daya alam tidak terbarukan. Selain itu, industri manufaktur dalam negeri pun banyak mengandalkan pasokan barang modal dari China sehingga goncangan yang melanda negara itu pasti akan berimbas pada industri dalam negeri.
Sayangnya, dia belum bisa memperkirakan, persentase pertumbuhan industri yang harus dikoreksi pada semester II 2011. "Nanti kita lihat kelanjutannya," tuturnya.
Dirjen Industri Berbasis Manufaktur Kementerian Perindustrian Panggah Susanto menambahkan, efek tidak langsung dari krisis finansial Uni Eropa dan Amerika Serikat itu harus diantisipasi dengan mengamankan pasar dalam negeri dari serbuan barang impor yang berniat mencari peralihan pasar dari Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Namun, Ketua Komite Afrika Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Mintardjo Halim mengutarakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan datang dari negara tertentu saja. Yaitu, negara yang mengandalkan produk asal Indonesia sebagai bahan baku proses produksi yang nantinya akan diekspor ke negara lain.
Sementara negara lain yang mengandalkan barang asal Indonesia langsung untuk konsumsi setempat tidak akan memberikan second round effect terhadap Indonesia. Misalnya negara-negara di Afrika yang mengimpor barang-barang dari Indonesia untuk dikonsumsi langsung oleh masyarakatnya. "Mereka impor untuk konsumsi, bukan diekspor lagi, jadi tidak akan membuat second round efect terhadap Indonesia," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News