Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Implementasi industri 4.0 diyakini mampu meningkatkan ekspor makanan dan minuman olahan nasional hingga empat kali lipat, dari target tahun ini sekitar US$ 12,65 miliar yang akan menjadi sebesar US$ 50 miliar pada 2025.
Pada acara Workshop Pendalaman Kebijakan Industri dengan Wartawan di Yogyakarta, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemperin Abdul Rochim menjelaskan di dalam roadmap, telah ditetapkan bahwa industri makanan dan minuman merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sudah siap dan tengah diprioritaskan pengembangannya untuk menjadi pionir memasuki era revolusi industri 4.0 di Tanah Air.
Rochim menyebutkan, pihaknya sedang menyusun rencana aksi dan rancangan insentif teknologi terkait implementasi industri 4.0 untuk produsen makanan dan minuman olahan dalam negeri. “Tahun depan, kami akan melaksanakan kegiatan pelatihan ekspor, temu bisnis dan promosi investasi bagi industri agro,” tuturnya Kamis (30/8) kemarin.
Sementara di periode tahun 2019-2020, Kemenperin bakal melakukan perbaikan alur aliran material, menetapkan pilot project, dan memfasilitasi bantuan cyber-physical systems dalam rangka penerapan industri 4.0 di sektor penghasil produk makanan dan minuman olahan.
“Jadi, pada 2021, implementasi industri 4.0 diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor produk pertanian serta produk makanan dan minuman olahan, seperti beras, ayam, gula, makanan laut olahan, cokelat, tepung kanji, serta buah dan sayur olahan,” paparnya.
Kemudian, tahun 2025, industri makanan dan minuman nasional dibidik menjadi pemimpin di pasar makanan kemasan sederhana hingga medium di tingkat ASEAN. Produk yang difokuskan, antara lain air minum dalam kemasan, mi, teh siap saji, dan kopi.
“Pada 2030, Indonesia ditargetkan menjadi lima besar eksportir untuk industri makanan dan minuman di tingkat global," imbuhnya.
Rochim pun mengungkapkan, saat ini 30 persen industri makanan dan minuman di Indonesia telah menerapkan teknologi industri 3.0. “Sedangkan, sejumlah perusahaan besar sudah menerapkan industri 4.0 di beberapa bagian lini produksi,” ujarnya.
Lebih lanjut, selain memacu nilai ekspor, implementasi industri 4.0 di Indonesia dinilai juga dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi serta mengurangi biaya produksi.
“Apalagi kita punya beberapa keunggulan melalui pasar domestik terbesar dengan 30 persen total pasar ASEAN dan sumber daya pertanian yang berlimpah dengan nomor 5 di dunia dalam total volume produksi,” jelasnya.
Untuk itu, Kemenperin ke depannya lebih fokus terhadap peningkatan produktivitas sektor hulu dengan pemanfaatan teknologi, pemberdayaan industri kecil dan menengah (IKM) dengan dukungan pendanaan dan fasilitasi mesin produksi, melakukan efisiensi rantai pasokan, serta meningkatkan produksi makanan kemasan modern dengan inovasi produk.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News