Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kementerian Perindustrian (Kemperin) telah menetapkan enam kebijakan prioritas industri nasional, yang sejalan dengan arah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019. Salah satu kebijakan prioritas industri nasional tersebut adalah pengembangan perwilayahan industri di luar Pulau Jawa.
Kemperin mencatat, hingga akhir tahun 2016, tiga kawasan industri yang sudah beroperasi adalah di Sei Mangkei, Morowali, dan Bantaeng. Untuk tiga tahun ke depan, juga akan dipercepat pembangunan kawasan industri Tanjung Buton, Dumai, Berau (Kaltim),Tanah Kuning (Kaltara), JIIPE (Gresik), Kendal dan Kawasan Industri Terpadu Wilmar (Serang, Banten). Lokasi-lokasi tersebut telah diusulkan dalam revisi Perpres Nomor 3 tahun 2016 tentang percepatan pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Sesditjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin, Ignatius Warsito mengatakan, ada 14 kawasan industri di luar Jawa yang ditargetkan selesai pada 2019. “Saat ini baru ada tiga yang sudah beroperasi. Sisanya masih dalam proses pembangunan tapi belum bisa tahun ini selesainya,” kata Warsito saat dihubungi KONTAN, Kamis (13/7).
Keempat belas tersebut yakni, Bintuni (Papua Barat), Bitung (Sulawesi Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Morowali (Sulawesi Tengah), Konawe, Buli (Halmahera), Bantaeng (Sulawesi Selatan), Jorong (Kalimantan Selatan), Batu Licin (Kalimantan Selatan). Kemudian Ketapang (Kalimantan Barat), Landak (Kalimantan Barat) , Kuala Tanjung (Sumatera Utara), Sei Mangke (Sumatera Utara), Tanggamus (Lampung).
Perlu diketahui, Kawasan Industri Morowali seluas 2.000 hektare (ha) dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (PT IMIP). Kawasan terintegrasi ini akan menarik investasi sebesar US$ 6 miliar atau mencapai Rp 78 triliun dengan menyerap tenaga kerja langsung sekitar 20.000 orang dan tidak langsung sebanyak 80.000 orang.
Kemudian, Kawasan Industri Bantaeng memiliki luas 3.000 ha yang diperkirakan akan menarik investasi sebesar US$ 5 miliar atau setara Rp 55 triliun, dengan Harbour Group bertindak sebagai investor. Kedua kawasan tersebut masuk dalam kawasan pengembangan industri smelter berbasis logam.
Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri (PPI) Kemenperin, Imam Haryono mengatakan, kawasan industri Bantaeng tersebut sudah diisi oleh beberapa perusahaan. “Sedangkan Kawasan industri Konawe juga sebenarnya sudah jalan lama untuk industri logam,” kata Imam saat dihubungi KONTAN, Kamis (13/7)
Kawasan Industri Konawe, diprediksi akan menarik investasi sebanyak Rp 28 triliun. Bertindak sebagai anchor industry di kawasan ini adalah Virtue Dragon Nickel Industry, dengan penyerapan tenaga kerja sekitar 18 ribu orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News