Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Perindustrian mendorong percepatan penyelesaian perundingan dalam kerangka kerja sama Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA). Sebanyak 11 putaran perundingan dilaksanakan sejak Maret 2016. Diharapkan tahun ini IA-CEPA bisa difinalisasi.
Seusai bertemu dengan Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan AO, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto berharap IA-CEPA bisa ditandatangani ketika Perdana Menteri Australia datang ke Indonesia pada Juli. “Pasalnya, sebagian besar isu terkait sektor industri yang dibahas sudah selesai dan disepakati kedua belah pihak,” ungkap Airlangga dalam keterangan pers, Minggu (3/6).
Menperin menyebutkan, misalnya Australia sudah menyetujui jika Indonesia ingin menerapkan tariff rate quota (TRQ) untuk produk baja gulungan canai panas atau dingin (hot/cold rolled steel coil). “Namun untuk in-quota harus diberlakukan automatic import licensing. Selain itu, Australia bersedia mengeliminasi seluruh (100%) pos tarifnya saat perjanjian mulai berlaku,” tuturnya.
Airlangga meyakini, adanya kerja sama bilateral yang komprehensif ini akan meningkatkan nilai ekspor produk Indonesia ke Australia. “Bagi Indonesia, ekspor produk manufaktur yang tengah kita pacu adalah tekstil, clothing dan footwear. Jadi, kita sedang minta bea masuknya bisa diturunkan, karena sekarang dikenakan sebesar 10% hingga 17%. Kalau bisa dihapuskan atau menjadi nol persen,” kata Airlangga.
Kemperin mencatat, volume perdagangan RI-Australia sepanjang tahun 2017 mencapai US$ 8,53 miliar, naik tipis dari tahun 2016 di angka US$ 8,45 miliar. Sedangkan, total nilai perdagangan kedua negara pada periode Januari-Maret 2018 berkisar US$ 2,03 miliar.
Airlangga menyampaikan, pihaknya masih berkeinginan untuk dapat meningkatkan ekspor ke Asutralia berupa kendaraan dalam bentuk utuh atau completely built up (CBU) baik itu yang mesin menggunakan bahan bakar maupun elektrik. “Karena industri otomotif di sana tutup semua. Ini menjadi peluang bagi kita,” ujarnya.
Terkait mobil listrik, Australia masih meminta agar produk yang masuk ke negaranya adalah kendaraan dengan komponen lokal yang berasal dari kawasan Asean mencapai 40%, sementara Indonesia mengusulkan sekitar 20%-30%. “Nah, itu yang masih dinegosiasikan,” ucap Menperin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News