kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.917   13,00   0,08%
  • IDX 7.197   56,46   0,79%
  • KOMPAS100 1.106   11,25   1,03%
  • LQ45 878   11,38   1,31%
  • ISSI 221   1,04   0,47%
  • IDX30 449   5,97   1,35%
  • IDXHIDIV20 540   5,29   0,99%
  • IDX80 127   1,41   1,12%
  • IDXV30 134   0,41   0,31%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kenaikan Suku Bunga Ancam Kinerja Sektor Otomotif


Kamis, 25 April 2024 / 19:17 WIB
Kenaikan Suku Bunga Ancam Kinerja Sektor Otomotif
ILUSTRASI. Penjualan mobil Toyota di dealer Auto2000 Sudirman, Menara Astra, Jakarta, Selasa (21/9/2021). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/aww.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri otomotif nasional diperkirakan masih akan berada dalam kondisi menantang seiring adanya berbagai sentimen negatif yang berpotensi mengganggu kinerja sektor tersebut.

Terbaru, Bank Indonesia (BI) memberlakukan kebijakan kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6,25% pada Rabu (24/4) kemarin guna meredam gejolak pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Kebijakan ini jelas membuat para pelaku industri otomotif was-was. Pasalnya, terdapat risiko kredit kepemilikan kendaraan bermotor juga ikut dikerek oleh berbagai lembaga keuangan.

Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto berharap, pihak perbankan atau lembaga pembiayaan tidak langsung ikut menaikkan suku bunga kredit untuk kendaraan bermotor. Apalagi, permintaan mobil baru di pasar sedang mengalami perlambatan akhir-akhir ini.

Baca Juga: Intip Target & Strategi Bisnis Dharma Polimetal (DRMA) Pasca Kenaikan Suku Bunga

Di tengah era suku bunga acuan tinggi, daya beli sebagian masyarakat turut melemah seiring kenaikan harga barang-barang kebutuhan primer. Alhasil, beberapa konsumen cenderung memprioritaskan kebutuhan tersebut dan menunda pembelian mobil baru sampai suku bunga acuan turun.

Tidak hanya itu, para produsen otomotif juga dihadapkan oleh tren pelemahan rupiah yang banyak dipengaruhi oleh faktor eksternal seperti ketidakpastian ekonomi dan geopolitik global. Volatilitas kurs memberi dampak negatif bagi pabrikan yang aktif melakukan impor mobil secara utuh atau completely built up (CBU) maupun impor komponen dalam jumlah besar.

Kendati demikian, sejauh ini Gaikindo tetap mempertahankan proyeksi penjualan mobil nasional sebesar 1,1 juta unit hingga akhir 2024.

“Kami yakin target tersebut masih bisa tercapai karena masih ada 8 bulan tersisa untuk memaksimalkan penjualan,” ujar dia, Kamis (25/4).

Sepanjang kuartal I-2024, penjualan wholesales (pabrik ke dealer) mobil nasional merosot 23,9% year on year (YoY) menjadi 215.069 unit. Pada periode yang sama, penjualan retail (dealer ke pabrik) mobil nasional juga terkoreksi 15% YoY menjadi 271.423 unit.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menambahkan, The Fed diprediksi akan membuka peluang penurunan suku bunga acuan mulai Juli 2024. Semestinya hal ini bisa diikuti juga oleh BI dalam memangkas suku bunga acuan di dalam negeri.

Baca Juga: Pangsa Pasar Naik, Isuzu Jual 6.808 Unit Kendaraan Komersial pada Kuartal I

Namun, ini dengan catatan inflasi secara nasional dapat kembali ke level yang normal, sehingga BI punya ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga acuan.

“Ketika inflasi normal, daya beli masyarakat akan membaik sehingga permintaan mobil baru juga meningkat,” jelas dia, Kamis (25/4).

Strategi APM

Sejumlah agen pemegang merek (APM) turut mewaspadai tekanan di industri otomotif nasional yang masih berlangsung sampai saat ini.

Marketing Director PT Toyota Astra Motor (TAM) Anton Jimmi Suwandy meyakini, sekalipun kenaikan suku bunga acuan bertujuan untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional, kebijakan ini bakal mempengaruhi tren pembelian mobil oleh masyarakat.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×