Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Kenaikkan tarif dasar listrik per 1 Mei untuk industri, mengganggu persiapan industri tekstil hadapi masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) tahun depan. Pasalnya, industri tekstil harus mengerem kapasitas produksi mereka untuk jaga arus kas perusahaan yang tergerus kenaikkan beban produksi.
Ade Sudrajat Usman, Ketua Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mengatakan kenaikkan TDL tersebut mengurangi kapasitas produksi sebesar 10%-15%. "Padahal kita sudah bersiap-siap, untuk hadapi Masyarakat Ekonomi Asean, tapi kapasitas produksi menurun. Ini menurunkan daya saing industri," ujar Ade pada KONTAN, Rabu (30/4).
Ia mengatakan dengan kenaikkan TDL mengerek beban produksi industri tekstil sebesar 10%-15%. Catatan saja mulai hari ini, perusahaan akan terkena kenaikkan tarif dasar listrik 34% sampai dengan 68%.
Ade mengatakan bisa saja, beban produksi tersebut ditutup oleh kenaikkan harga jual mereka. Namun ia mengatakan pasar Indonesia belum bisa menerima tekstil dengan harga mahal.
Lebih lanjut Ade mengatakan, akibatnya impor tekstil murah akan segera membanjiri pasar. Defisit neraca perdagangan pun bisa kembali membengkak. "Orang Indonesia itu belum quality minded, tapi yang penting murah. Biar impor kualitas jelek yang penting murah," ujar Ade.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News