kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kenormalan baru, harga properti diprediksi masih stagnan


Rabu, 24 Juni 2020 / 14:58 WIB
Kenormalan baru, harga properti diprediksi masih stagnan
ILUSTRASI. Penjualan perumahan di Jakarta-Banten turun


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki masa transisi new normal, harga properti diprediksi masih stagnan. Hal tersebut lantaran terjadinya penurunan daya beli akibat pandemi virus corona.

CEO Indonesia Property Watch Ali Tranghanda memaparkan berkaca pada kuartal I-2020, nilai penjualan pasar perumahan Jabodetabek - Banten turun tajam, bahkan capai level terendah dalam dua tahun terakhir. 

"Perumahan Jabodetabek - Banten turun 50,1% di kuartal I-2020," kata dia kepada kontan.co.id, Selasa (23/6).

Baca Juga: Imbal hasil KIK DIRE dan Dinfra berpotensi turun di tengah pandemi Covid-19

Berdasarkan risetnya, nilai penjualan pada periode tersebut hanya Rp 719,05 miliar. Sementara, pada periode yang sama tahun sebelumnya bisa mencapai Rp 1,31 triliun.

Adapun, penurunan nilai penjualan perumahan rata-rata terjadi hampir merata di seluruh wilayah survei. Tercatat, penurunan tertinggi berada di Bekasi sebesar 56,0%, diikuti Bogor 55,3%, Depok 50,9%, serta wilayah lainnya. Penurunan terendah terjadi di Cilegon sebesar 27,2%.

Dari unit rumah terjual, di daerah Jabodetabek - Banten penurunan terjadi dengan mencatatkan 1.229 unit yang terjual dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak 2.552 unit.

Sementara dari segmen harga, perumahan yang dilirik end-user di harga kurang dari Rp 300 juta dan Rp 301 juta - Rp 500 juta masing-masing turun 68,8% dan 45,2% secara tahunan. Sehingga pada kuartal pertaman lalu, komposisinya masing-masing menjadi 28,5% dan 26,3%.

Selanjutnya, segmen harga Rp 501 juta - Rp 1 miliar dan rumah di atas Rp 1 miliar masing-masing turun 31,2% dan 36,4% yoy. Sehingga pada tiga bulan pertama 2020, komposisinya masing-masing menjadi 32,5% dan 12,7%.

Dari sana, dia menilai pasar end-user ternyata tidak sanggup bertahan bila daya beli terus semakin menurun. Sementara untuk pasar investor kendati turun, penurunan tidak sedalam untuk properti segmen end-user sehingga potensi daya beli dinilai masih cukup terjaga lantaran faktor psikologis dalam menunda pembelian.

Baca Juga: Saham Properti Ini Layak Dikoleksi Sembari Menanti Penurunan Bunga KPR

Untuk tren harga sendiri, selama Q1 kemarin disebutnya masih bertumbuh 0,6%. Kenaikan harga rata-rata tertinggi terjadi di Bekasi sebesar 13,2% dengan jumlah unit terjual di segmen menengah-bawah relatif mengalami penurunan cukup tinggi dibandingkan segmen menengah-atas.

Berkaca dari sana, ia menilai walaupun sudah memasuki masa transisi new normal potensi kenaikan harga tidak ada. "Di segmen bawah yang notabene end-user memang agak sensitif saat ini karena mereka yang paling berdampak," tuturnya.

Oleh sebab itu, Ali bilang strategi yang diterapkan pengembang sebetulnya sudah cukup baik. "Dengan pendekatan harga promo dan fleksibel untuk menjaga cashflow konsumen dan juga agar tidak memberatkan karena daya beli yang sebenarnya masih cukup besar khususnya di segmen menengah atas," tuturnya.

Sementara untuk proyeksi penjualan di semester II nanti, ia bilang tentunya akan peningkatan dengan dimulainya aktivitas perekonomian dari new normal ini. Hanya saja, ia memproyeksikan pada Q3/2020 peningkatan baru di level 5%.

"Prediksi mungkin di akhir tahun yang agak tinggi bisa 15%," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×