kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.894.000   23.000   1,23%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

Kerugian Capai Rp 4,4 Triliun Per Tahun, Inilah Kelemahan dari Sistem E-toll


Rabu, 24 Agustus 2022 / 04:00 WIB
Kerugian Capai Rp 4,4 Triliun Per Tahun, Inilah Kelemahan dari Sistem E-toll


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan sistem tol elektronik (e-toll) di jalan tol seluruh Indonesia memiliki kelemahan. Salah satunya, sistem e-toll menyebabkan kerugian sebesar Rp 4,4 triliun per tahun. 

Menurut Sekretaris Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Triono Jasmono, hal ini karena masih ada antrean lebih kurang 5 detik saat pengguna jalan melakukan tapping kartu untuk pembayaran nontunai di gerbang tol. 

Triono mengatakan, sistem tersebut sudah diterapkan sejak tahun 2017 hingga sekarang. Meskipun sudah diatur agar antreannya berkurang, tetap timbul kerugian. 

“Kita atur agar antreannya bisa berkurang maksimal 5 detik. Namun, yang namanya antrean, tetap ada kerugian di situ. Sekitar Rp 4,4 triliun per tahun,” ujar Triono dalam Podcast Bina Marga Kementerian PUPR pada Senin (22/8/2022). 

Dalam penjelasannya, dia juga bilang, berdasarkan hasil studi dari World Bank, kemacetan di jalan yang terjadi di Indonesia cukup besar dan menyebabkan kerugian hingga Rp 56 triliun tiap tahunnya. 

Baca Juga: Ruas Tol JORR Seksi E, W25, Dan Ulujami-Pondok Ranji Akan Dilakukan Pemeliharaan

“Kalau kita hitung, total kerugian di jalan tol ini 8% dari total kerugian akibat kemacetan di seluruh jalan di Indonesia,” jelas Triono. 

Karena kerugian inilah, Pemerintah Indonesia berpikir bagaimana cara mengurangi kemacetan dan mengupayakan antrean di jalan tol itu bisa dipangkas. Inilah yang membuat Kementerian PUPR melalui BPJT kemudian mencetuskan ide untuk menerapkan teknologi multilane free flow (MLFF) atau teknologi nirsentuh nontunai. 

Triono memaparkan, sistem MLFF sudah diterapkan di negara-negara maju, terutama di Eropa. 

“Di Indonesia, kita gunakan sistem dengan navigasi satelit dengan teknologi electronic on board unit (EOBU) menggunakan handphone. Para pengguna jalan bisa menggunakan jalan tol setelah mendaftarkan kendaraan mereka, lalu membayar via handphone seperti halnya saat menggunakan aplikasi untuk ojek online,” tambahnya. 

Baca Juga: Jasa Marga (JSMR) Kembali Lakukan Pekerjaan Pemeliharaan Ruas Jalan Tol Padaleunyi

Dengan penetapan teknologi ini, diharapkan pembayaran tarif tol yang dilakukan oleh masyarakat bisa jauh lebih efisien.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sistem E-toll di Indonesia Sebabkan Kerugian Rp 4,4 Triliun Per Tahun"
Penulis : Masya Famely Ruhulessin
Editor : Masya Famely Ruhulessin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×