Reporter: Rezha Hadyan | Editor: Handoyo .
Sementara, Direktur Utama Bukit Asam, Arviyan Arifin mengungkapkan, hilirisasi batubara ini dapat menghasilkan DME untuk pengganti bahan baku LPG yang sebagian besar masih dimpor sehingga menghemat devisa negara. "Hilirisasi yang dilakukan PTBA ini diperkuat dengan total sumber daya batubara sebesar 8.3 miliar ton dan total cadangan batubara sebesar 3,3 miliar ton," tegasnya
Hal senada diungkapkan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati. Ia menegaskan, kerja sama Pertamina dengan Bukit Asam serta Air Products and Chemicals adalah langkah strategis bagi semua pihak, untuk meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan energi nasional, melalui pemanfaatan DME.
"Sekitar 73% LPG masih diimpor, tahun 2017 Indonesia mengonsumsi tidak kurang dari 7,11 juta ton LPG. Pabrik gasifikasi batubara ini adalah proyek yang sangat strategis secara nasional karena kami rencanakan DME akan mengurangi sebagian besar kebutuhan LPG impor sebagai bahan bakar rumah tangga," ujar Nicke.
Chairman, President, dan CEO Air Products and Chemicals, Seifi Ghasemi berkomitmen pihaknya sebagai pemilik teknologi gasifikasi batubara akan sungguh-sungguh berinvestasi di Indonesia dan menghasilkan syngas yang nantinya akan diolah melalui teknologi downstream menjadi DME.
Rencananya usaha gasifikasi ini akan berlokasi di Mulut Tambang Batubara Peranap dan memiliki kapasitas produksi 1,4 juta ton DME per tahun dengan kebutuhan batubara sebesar 9,2 ton per tahunnya.
Selain proyek ini, sebelumnya Bukit Asam juga sudah menandatangani Head of Agreement (HoA) dengan PT Pertamina, PT Pupuk Indonesia, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) pada Desember 2017 untuk hilirisasi batubara menjadi Urea, DME, dan Polypropylene di lokasi tambang Tanjung Enim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News