Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
“Di India dan China dampak pencemaran lingkungan akibat sisa bahan bakar fosil sudah sangat terlihat. Sebelum itu terjadi, Indonesia harus bergegas,” katanya.
Baca Juga: Menteri ESDM: Kebutuhan listrik tiap tahun bertambah 5.000 MW
Sebagai informasi, Heksa Hydro merupakan perusahaan swasta yang memproduksi turbin mikrohidro dengan memanfaatkan tenaga air. Teknologi mikrohidro ini dapat diandalkan untuk memenuhi kebutuhan listrik, khususnya di wilayah terpencil yang tidak terjangkau oleh PLN.
Teknologi mikrohidro perusahaan ini bahkan telah diekspor ke berbagai negara, seperti Afrika dan Jepang.
Sementara itu, Vice President Renewable Energy PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Budi Mulyono mengaku, wajar apabila pihak swasta perlu dilibatkan dalam pengembangan EBT.
Baca Juga: Menteri ESDM: Program 35.000 MW selesai tiga tahun ke depan
Sejauh ini, ia melihat minat pengembang EBT swasta sebenarnya sangat besar, namun bersifat dinamis. Dalam hal ini, bisa saja ada suatu wilayah di mana Independent Power Producer (IPP) beroperasi, namun beberapa tahun berikutnya tidak ada ekspansi lagi dari IPP yang bersangkutan.
“Di situ PLN bisa mengisi kekosongan dan diupayakan baik PLN dan IPP bisa saling berpartner,” katanya.
Baca Juga: Pengusaha dukung pemerintah jembatani gap harga EBT
Sekadar catatan, Budi sempat memaparkan bahwa porsi pembangkit listrik EBT di Indonesia baru mencapai kapasitas 7,43 MW per September lalu.
Dari jumlah tersebut, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) memiliki kapasitas hingga 4,71 MW sedangkan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) mencapai 1,97 MW.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News