Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan tarif pungutan ekspor (PE) untuk minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan produk turunannya dari 7,5% menjadi sebesar 10% dari harga referensi CPO, cukup mengejutkan petani.
Ketua Umum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Gulat Manurung, menyatakan bahwa PE sawit yang ditujukan pada sektor hilir, justru sejatinya malah dibebankan pada para petani sawit.
"Sesungguhnya beban PE itu adalah beban kami petani sawit, sebab apa pun beban di sektor hilir, itu akan ditanggung oleh sektor hulu (perkebunan)," terang Gulat kepada Kontan.co.id, Minggu (18/5).
Baca Juga: Ekspor CPO Terpangkas Mandatori B40 dan Produksi
Menurut catatan Apkasindo, harga CPO turun Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per kg CPO selama 4 bulan terakhir.
Turunnya harga CPO ini mengakibatkan harga tandan buah segar (TBS) pada petani juga menurun kisaran Rp 500 sampai Rp 850 per kg TBS. Di mana harga TBS petani saat ini menjadi berkisar Rp 2.400 sampai Rp 3.400 per kg, padahal sebelumnya sudah mencapai Rp 3.850 per kg.
Dengan naiknya PE menjadi 10%, maka harga CPO saat ini dipastikan akan makin menekan harga TBS pada petani sebesar Rp300 sampai Rp 325 per kg TBS.
Tambahan biaya ini didapat dari mana saat PE 7,5%, harga TBS tertekan Rp 225 sampai Rp 245 per kg TBS. Artinya setelah PE naik menjadi 10% terjadi penambahan beban TBS petani sebesar Rp 75 sampai Rp 100 per kg TBS
Baca Juga: Harga Naik, Nilai Ekspor CPO Mendaki
"Kami mencatat setiap hari harga CPO di bursa atau tender CPO dan harga TBS di 25 Provinsi, jadi data kami data eksisting, bukan animasi," tegas Gulat.
Lebih lanjut, Gulat juga menyoroti soal rendahnya capaian program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) sejak program ini diluncurkan tahun 2017.
Menurut Gulat, hanya dengan PSR jalan satu-satunya untuk meningkatkan protas kebun petani sawit.
"Bagi yang sudah PSR tahun 2017-2018 tercatat priotasnya sudah mencapai 2,5 sampai 3 ton TBS per Ha/bulan dengan rata-rata rendeman 26% sampai 28%. Jika dibandingkan rerata kebun petani yg tidak ikut PSR hanya 600 sampai 1.200 kg TBS per Ha/bulan dengan rendeman rata-rata 18% sampai 22%," jelasnya.
Baca Juga: Pungutan Ekspor CPO Naik Jadi 10%, Kementerian ESDM: Dana Kompensasi B50 Tercukupi
Ada pun dalam jangka panjang, jika harga CPO semakin menurun dan terkoneksi langsung ke turunnya harga TBS, Gulat mengatakan jika ada kemungkinan petani bakal mengurangi tenaga kerja di kebun-kebun sawit atau koperasi atau poktan, guna menekan biaya produksi.
Selanjutnya: Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Gandeng PNM Perkuat Literasi Keuangan Syariah UMKM
Menarik Dibaca: Gaet 8.000 Pelari, BFI RUN 2025 Menularkan Energi Positif Menuju Gaya Hidup Sehat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News