Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah badan usaha milik negara (BUMN) moncer di beberapa bulan pertama tahun ini. Menyikapi kondisi ini, sejumlah anggota Komisi VII DPR RI memiliki sejumlah pesan untuk BUMN di sektor tersebut.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI, Eddy Soeparno mengatakan, kinerja positif sejumlah BUMN di beberapa bulan pertama tahun ini dipengaruhi oleh faktor kenaikan harga komoditas mineral dan energi.
Oleh karenanya, BUMN di sektor energi dan pertambangan sebaiknya terus meningkatkan kinerjanya tanpa melupakan efisiensi.
Kalaupun melakukan ekspansi, BUMN energi dan pertambangan menurut Eddy sebaiknya melakukan ekspansi yang terukur di bidang yang sesuai dengan keahliannya.
“Manfaatkanlah siklus ini untuk memperbaiki kinerja, meningkatkan efisiensi, dan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan ekspansi yang terukur, jangan sampai over ekspansi melakukan ekspansi-ekspansi di sektor-sektor yang bukan bidangnya,” kata Eddy kepada Kontan.co.id (11/11)
Baca Juga: Kinerja BUMN energi dan pertambangan moncer di beberapa bulan pertama tahun ini
Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto mengatakan bahwa BUMN sektor energi dan pertambangan dituntut untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam seperti misalnya melalui hilirisasi dan diversifikasi produk serta memperhatikan aspek keberlanjutan lingkungan.
“Agar pendapatan negara semakin baik, kemampuan SDM dan inovasi semakin berkembang, serta semakin eco-friendly,” tutur Mulyanto saat dihubungi Kontan.co.id (11/11).
Diakui Mulyanto, upaya-upaya ini memerlukan investasi yang tidak murah. “Semua itu menuntut investasi baru yg relatif mahal. BUMN energi harus menyiasati perubahan tersebut,” imbuh Mulyanto.
Seperti diketahui, kinerja positif BUMN bidang energi maupun pertambangan tercermin pada rilis kinerja sejumlah perusahaan pelat merah seperti halnya PT PLN (Persero), Holding Industri Pertambangan MIND ID, atau Mining Industry Indonesia, serta PT Pertamina (Persero).
Mengutip laporan keuangan interim PLN per 31 September 2021, perusahaan pelat merah tersebut berhasil membukukan jumlah pendapatan usaha (konsolidasi penjualan tenaga listrik, penyambungan pelanggan, dll) Rp 269,87 triliun pada Januari-September 2020, naik 3,43% dibanding realisasi Januari-September 2020 yang sebesar Rp 260,91 triliun
Dari total revenue tersebut, PLN berhasil membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih Rp 12,38 triliun di Januari-September 2021.
Sebelumnya, PLN tercatat membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar Rp 11,20 triliun pada periode sama tahun sebelumnya.
Baca Juga: Kendaraan listrik adalah solusi untuk kesepakatan Jokowi di KTT Glasgow
Kinerja mentereng juga dicatatkan oleh BUMN Holding Industri Pertambangan MIND ID, atau Mining Industry Indonesia. Sepanjang Januari-September 2021 lalu, holding BUMN pertambangan yang beranggotakan PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Freeport Indonesia, PT Inalum (Persero) dan PT Timah Tbk itu membukukan total pendapatan sebesar Rp 63,8 triliun, lebih tinggi 35% dibandingkan realisasi periode sama tahun sebelumnya.
Dari pendapatan itu, MIND ID mengantongi laba Bersih Konsolidasian sebesar Rp9,8 triliun. Jika dibandingkan realisasi kinerja periode sama tahun lalu ketika MIND ID mencatat Rugi Bersih Rp1,4 triliun, realisasi laba bersih konsolidasian MIND ID pada Januari-September 2021 ini meroket hingga 799%.
Sementara itu, saat tulisan ini dibuat, PT Pertamina (Persero) belum merilis laporan kinerja perusahaan di sembilan bulan pertama tahun ini.
Namun mengintip laporan keuangan interim Pertamina di semester I 2021, perusahaan pelat merah tersebut berhasil membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih sebesar US$ 182,81 juta di semester I 2021.
Sebagai pembanding, sebelumnya Pertamina membukukan rugi bersih US$ 767,91 juta pada semester I 2020 lalu.
“Kinerja positif pada paruh pertama tahun 2021 ini didorong dari pertumbuhan di sisi penjualan yang mencapai US$ 25 miliar dan EBITDA US$ 3,3 miliar, di mana keduanya naik lebih dari 22% dibandingkan tahun lalu,” terang manajemen dalam rilis tertulis kinerja semester I 2021.
Selanjutnya: Strategi Kalbe Farma (KLBF) bidik target pertumbuhan dua digit tahun ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News