Sumber: KONTAN |
JAKARTA. Ekspor buah dan sayuran Indonesia ke Singapura masih terpuruk. Tahun 2009, dari total kebutuhan 461.165 ton, Indonesia cuma mampu memasok 6% kebutuhan buah dan sayur Singapura.
Ketua Kadin Komite Singapura Iwan Dermawan Hanafi mengatakan, rata-rata kebutuhan sayuran dan buah Singapura mencapai 1.300 ton hingga 1.500 ton per hari. Itu berarti, saban hari, Indonesia hanya mampu memasok sekitar 78 ton-90 ton saja.
Padahal, menurut pejabat pelaksana tugas (Plt) Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Adi Putra Tahir, Indonesia pernah menguasai 30% pangsa pasar buah dan sayuran di Negeri Merlion itu. Sayang, penguasaan pasar kita terus menurun dari tahun ke tahun. "Kita kalah daya saing," keluhnya, Selasa (27/4).
Indonesia memang harus mengakui ketangguhan Malaysia dan China. Kedua negara itu mampu menguasai pasar buah dan sayuran Singapura hingga 71%.
Menurut hasil survei Asia Pasific Frost & Sullivan, lembaga konsultan dan riset, setidaknya ada dua persoalan yang membuat daya saing buah dan sayuran Indonesia kalah bersaing dari China dan Malaysia.
Pertama, buruknya kualitas produk. Menurut Direktur Transportasi dan Logistik Frost & Sullivan, Gopal R., terdapat beberapa masalah yang membuat kualitas sayuran dan buah Indonesia keok di pasar Singapura. Diantaranya: metode penggudangan yang tidak memenuhi standar, rantai pendingin setelah produksi sampai pengiriman tak berjalan baik. Akibatnya, saat tiba, buah dan sayuran kita sudah tidak segar lagi.
Buruknya jaringan infrastruktur seperti jalan dan alat transportasi juga menjadi penyebab lain penurunan kualitas buah dan sayuran Indonesia. Apalagi, gudang penyimpanan milik eksportir kerap tak dilengkapi alat pendingin.
Kedua, harga sayuran kita lebih mahal. Indonesia menjual buah dan sayuran dengan harga rata-rata S$ 2-S$ 3 per kilogram, lebih mahal ketimbang produk China dan Malaysia. Tingginya harga buah dan sayuran kita terjadi karena biaya produksi dan ongkos kirim lebih tinggi.
Sebetulnya, volume dan nilai ekspor buah dan sayuran kita secara keseluruhan terus naik dari tahun ke tahun. Namun, pangsa pasar satur dan buah kita di Singapura terus menciut. Salah satunya, mungkin karena ada kebocoran
Menurut Iwan, dia pernah mendengar sebagian produk buah dan sayuran terutama dari Sumatra di jual langsung ke eksportir Malaysia. Lalu, dengan segala kelengkapan fasilitas dan infrastruktur, eksportir Malayisa mengirimkan buah dan sayuran itu ke Singapura. Makanya, Malaysia jadi penguasa pasar terbesar.
Ketua Asosiasi Eksportir Sayur dan Buah Indonesia Hasan J. Widjaja menambahkan, Indonesia masih mengandalkan kentang dan kol untuk di jual di Singapura. "Dua komoditas ini menjadi unggulan karena memiliki rasa yang khas," ujarnya. Untuk buah, Indonesia mengandalkan manggis dan mangga.
Hasan menilai, untuk keningkatkan pangsa pasar di Singapura, Indonesia harus meningkatkan teknologi produksi dan perbaikan infrastruktur, termasuk pergudangan. Apalagi, potensi ekspor ke Singapura besar dan perlu penggarapan yang baik.
Iwan yakin, jika pemerintah menggarap produksi dan infrastruktur, tahun ini pangsa pasar buah dan sayuran Indonesia di Singapura bisa naik menjadi 10%. Prediksi ini memang terbilang konservatif. Sebab, "Perbaikan infrastruktur memerlukan waktu," katanya. n
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News