Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Di tengah fluktuasi harga batubara, kinerja sejumlah perusahaan yang bergelut dalam bisnis jasa penambangan batubara masih mencatatkan kinerja yang ciamik selama tahun lalu.
Salah satunya PT Samindo Resources Tbk, sepanjang tahun lalu emiten berkode saham MYOH ini menorehkan pendapatan sebesar US$ 241,1 juta naik 28,2% dari tahun sebelumnya US$ 188,07 juta.
Ahmad Zaki, Investor Relations Manager PT Samindo Resources Tbk menyampaikan pihaknya percaya tahun ini masih akan meneruskan tren pertumbuhan kinerja. Meski belum dapat menyampaikan realisasi kinerja operasional kuartal 2019, ia mengaku masih sesuai dengan target, sementara curah hujan masih menjadi kendala utama yang dihadapi pada kuartal pertama.
"Fokus di kuartal kedua menggenjot produksi batuan penutup karena di kuartal pertama curah hujan sangat tinggi, jadi kerja tidak maksimal," ungkapnya, Rabu (17/4).
Dari segi operasional, pada 2019 MYOH memasang target untuk pengupasan lapisan tanah penutup ini hingga 58 juta bcm atau lebih besar ketimbang target pada 2018 sebesar 54,5 juta bcm. Saat ini mereka juga tengah mengincar kontrak baru. Adapun serapan belanja modal pada kuartal 1 sudah mencapai 50% dari total US$ 17,7 juta.
Sementara untuk produksi batubara, mereka membidik produksi batubara sama seperti target tahun lalu sebanyak 10,7 juta ton.
Sama halnya MYOH, kontraktor jasa penambangan yaitu PT Delta Dunia Makmur Tbk juga menutup tahun 2018 dengan kinerja keuangan yang ciamik. Emiten berkode saham DOID ini memperoleh pendapatan sebesar US$ 892,46 juta meningkat 16,72% dari pendapatan tahun 2017 US$ 764,60 juta. Dengan begitu laba bersih mereka meningkat 61,79% menjadi US$ 75,64 juta pada 2018 lalu.
Direktur Keuangan DOID, Eddy Porwanto menyampaikan mereka berharap pendapatan tahun akan lebih baik ketimbang tahun 2018. “Guidance kami US$ 850 juta sampai US$ 950 juta untuk pendapatan 2019,” katanya pada Kontan, Jumat (12/4).
Pada tahun ini DOID menargetkan volume pengupasan tanah penutup atau overburden removal sebanyak 380 juta bank cubic meter (BCM) hingga 420 juta BCM.
Terkait harga batubara, Eddy mengaku kinerja keuangan mereka tak terpengaruh adanya fluktuasi harga batubara lantaran pelanggan DOID sebagian besar memproduksi batubara berkalori tinggi. Ia berharap ke depannya harga batubara akan menunjukan perbaikan dan stabil.
Anak usaha PT Indika Energy Tbk (INDY) yang bergerak di sektor jasa penambangan juga berhasil membukukan laba bersih sebesar US$ 22,96 juta pada tahun lalu, nilai ini melonjak 97,42% ketimbang tahun sebelumnya sebesar US$ 11,63 juta pada 2017.
Head Of Corporate Communication INDY Leonardus Herwindo menyampaikan melesatnya laba bersih dari emiten berkode saham PTRO ini lantaran mereka mengantongi pendapatan usaha Petrosea yang juga tumbuh 48,57% dari US$ 313,48 juta pada tahun 2017 menjadi US$ 465,74 juta pada 2018.
Ia mengaku peningkatan kinerja keuangan ini sejalan dengan meningkatnya kinerja operasional. Sepanjang tahun lalu, volume pemindahan lapisan tanah penutup atau overburden naik 44,31% menjadi 121,19 juta bank cubic meter (BCM).
Selain itu, volume produksi batubara juga tumbuh sebesar 39,74% jadi 34,6 juta ton pada 2018. Pada tahun ini mereka berencana untuk meningkatkan kinerja operasional. PTRO membidik volume pemindahan lapisan tanah penutup 137 juta BCM naik sekitar 13,22% daripada realisasi pada 2018.
Sementara untuk target produksi batubara, Petrosea menargetkan setidaknya sama seperti tahun lalu yaitu 34,6 juta ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News