Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Samindo Resources Tbk mencatatkan kinerja yang memuaskan sepanjang tahun 2018 lalu. Efisiensi yang dilakukan perusahaan jasa pertambangan batubara terintegrasi itu mendorong kenaikan pendapatan dan laba perusahaan.
Sepanjang tahun 2019, perusahaan berkode emiten MYOH tersebut membidik capaian positif serupa tahun lalu. Selain tetap menjalankan efisiensi, salah satu strategi yang dilakukan ialah dengan menaikkan anggaran belanja modal dan target pemindahan batuan penutup (overburden removal).
Direktur Operasi dan Pengembangan Samindo Resources, Ahmad Saleh mengungkapkan, pada tahun ini MYOH membidik target overburden removal mencapai 58,1 juta ton. Naik dibandingkan realisasi tahun lalu yang mencapai 54,6 juta ton.
"Sedangkan untuk produksi dan pengangkutan batubara, tahun ini diproyeksikan sama seperti tahun lalu, yaitu 10 juta ton dan 29 juta ton," kata Ahmad, Rabu (20/3).
Kinerja MYOH ditopang oleh empat anak usaha yang masing-masing memiliki spesialiasi dalam bidang jasa pertambangan. Saat ini, PT SIMS Jaya Kaltim yang bergerak di bidang overburden removal dan produksi batubara (coal getting) berkontribusi paling besar, yakni 70% terhadap laba bersih perusahaan.
Sementara, 30% lainnya dikontribusikan oleh PT Trasindo Murni Perkasa, PT Samindo Utama Kaltim dan PT Mintec Abadi, yaitu anak usaha MYOH yang bergerak di bidang pengangkutan batubara (coal hauling), serta pemetaan geologi dan pemboran (geological mapping and drilling).
Guna mencapai target tersebut, MYOH akan menaikkan belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini. Head of Investor Relations Samindo Resources Ahmad Zaki Natsir mengungkapkan, tahun ini MYOH akan menganggarkan belanja modal sebesar US$ 17,7 juta, naik dari capex tahun lalu yang dianggarkan sebesar US$ 13,98 juta. Adapun, sumber pendanaan capex tersebut berasal dari kas internal perusahaan.
Zaki menjelaskan, dari capex tersebut, US$ 14,5 juta digunakan untuk membeli 10 dump truck, sementara US$ 3,2 juta dianggarkan untuk membeli truck head dan vessel. Zaki bilang, lima dari 10 dump truck yang dibeli tahun ini sudah datang, sedangkan lima lainnya akan datang pada April dan Mei nanti. "Dengan demikian, total armada dump truck kami sebanyak 143 truck," kata Zaki.
Sepanjang tahun 2018, Samindo Resources membukukan pendapatan US$ 241,1 juta, atau naik 28,2% dibandingkan tahun 2017 yang tercatat US$ 188,07 juta. Sementara itu, beban pokok penjualan (cost of good sold/COGS) naik dari US$ 160 juta menjadi US$ 190 juta.
Adapun, laba bruto naik 83,2% dari US$ 27,39 juta menjadi US$ 50,2 juta. Laba operasi juga mengalami peningkatan 13,2% menjadi US$ 41,551 juta. EBITDA perusahaan juga naik 68,6% dari US$ 42,86 juta menjadi US$ 55,41 juta. Sehingga laba tahun berjalan mencapai US$ 30,93 juta atau naik 151,3% dibandingkan 2017 sebesar US$ 12,3 juta.
Ahmad Saleh mengatakan, selain dari sisi operasi produksi, kenaikan kinerja keuangan tersebut juga didorong oleh efisiensi dalam manajemen perusahaan. Ia bilang, dari sisi biaya non-operasional MYOH juga melakukan efisiensi, hasilnya antara lain bisa menurunkan beban umum dan administrasi sebesar 8,9%.
Namun, baik Ahmad Saleh maupun Zaki Ahmad tidak spesifik menyebut di angka berapa kenaikan pendapatan dan laba yang dibidik MYOH pada tahun ini. Hanya saja, keduanya memberikan gambaran, dengan target overburden yang menanjak, dapat diasumsikan mendongkrak kinerja keuangan perusahaan, mengingat lini bisnis ini menyumbangkan porsi yang dominan bagi MYOH.
Selain itu, asal tahu saja, kinerja positif MYOH sepanjang tahun lalu juga didorong oleh produksi batubara yang menanjak pada tahun lalu. Kenaikan produksi batubara itu juga dijalankan oleh klien Samindo Resources, yaitu PT Kideco Jaya Agung dan Bayan Reources.
Zaki mengatakan, meski pemerintah mematok target produksi yang lebih minim dibandingkan dengan realisasi produksi pada tahun lalu, namun itu tidak berpengaruh langsung terhadap MYOH. Begitu juga dengan harga batubara, yang tidak secara langsung mempengaruhi kinerja MYOH karena telah terjaga berdasar kontrak.
Hanya saja, Zaki mengatakan bahwa pihaknya tetap mengharapkan harga batubara bisa tetap membara di sepanjang tahun. Sebab jika harga batubara meredup, sambung Zaki, MYOH akan kesulitan untuk meminta penyesuaian tarif kepada klien. "Pengaruh langsung tidak, tapi untuk harga, jika harga turun kami jadi susah untuk meminta penyesuain tarif," ujarnya.
Negosiasi tarif kontrak dilakukan per tahun. Sedangkan kontrak antara MYOH dan Bayan Resources akan berakhir pada Desember tahun ini, sementara dengan Kideco akan berakhir Maret 2023.
Oleh sebab itu, Zaki mengatakan bahwa pihaknya tengah melakukan negosiasi terkait perpanjangan kontrak dengan Bayan. Selain itu, lanjut Zaki, MYOH pun tengah menjajaki kontrak-kontrak baru dengan sejumlah perusahaan batubara.
Zaki menyebut, meski MYOH telah mengantongi izin usaha jasa pertambangan secara nasional, namun kontrak baru yang diincar MYOH terutama perusahaan tambang yang berada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan.
Hal itu lantaran mempertimbangkan efisiensi mobilisasi peralatan tambang. "Ada beberapa yang kita review, fokus kita Kalim dan Kalsel, karena terkait mobilisasi equipment," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News