kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kinerja Provident Agro (PALM) tahun ini masih tertekan penurunan harga CPO


Rabu, 26 Juni 2019 / 17:47 WIB
Kinerja Provident Agro (PALM) tahun ini masih tertekan penurunan harga CPO


Reporter: Aloysius Brama | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kinerja perusahaan perkebunan kelapa sawit PT Provident Agro Tbk (PALM) tampaknya masih akan tertekan pelemahan harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) pada tahun ini.

Direktur Keuangan PALM Devin Antonio mengatakan, penurunan harga CPO memukul pendapatan perusahaan. "Akhir tahun lalu kami asumsikan harga jual CPO sudah paling rendah. Ternyata di kuartal I lalu masih harus mengalami penurunan," ujarnya dalam Paparan Publik, Rabu (26/6).

Harga jual CPO PALM di kuartal I tahun 2019 ini sebesar Rp 6.732 per kilogram. Harga tersebut turun bila dibandingkan harga jual CPO PALM pada tahun 2018 lalu yang sebesar Rp 7.419 per kilogram. 

Hal itu menekan kinerja keuangan perusahaan di kuartal I lalu. Sepanjang kuartal I lalu, PALM hanya bisa membukukan pendapatan sebesar Rp 43,56 miliar. Jumlah itu turun 66,78% dari pendapatan di kuartal I yang sebesar Rp 131,13 miliar.

Bottom line laporan keuangan PALM juga memerah. Pada periode itu, PALM harus mengalami kerugian sebesar Rp 19,41 miliar. Padahal di kuartal I tahun 2018, PALM masih bisa merasakan cuan sebesar Rp 1,48 miliar.

Lantas bagaimana dengan proyeksi kinerja PALM tahun ini? Setelah melepas beberapa lahannya di tahun 2018, PALM disebut belum akan membeli lahan baru dalam waktu dekat. Hal itu tercermin dari alokasi belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan yang hanya sebesar Rp 38 miliar.

“Sebagian besar untuk pemeliharaan lahan kami yang masih ada. Meliputi replanting,” ujar Devin.

Padahal di satu sisi Devin mengakui, buruknya kinerja keuangan di tahun 2018 lalu diakibatkan oleh divestasi lahan perusahaan yang mencapai 17.296 hektar. Praktis penjualan itu juga turut menekan jumlah penjualan tandan buah segar (TBS) dan crude palm oil (CPO) perusahaannya.

Pun dengan tahun 2019 ini. Devin menyebut pihaknya masih akan mengalami penurunan produksi TBS maupun CPO. Untuk TBS, PALM menargetkan bisa memproduksi 100.000 ton dari sisa lahannya yang dioperasikan di Sumatera Barat dan Gorontalo. Jumlah itu turun hingga 40% dibanding produksi tahun 2018 yang sebanyak 167.952 ton. Sedangkan pada kuartal I lalu, penjualan TBS PALM baru mencapai 21.177 ton.

Sedangkan untuk CPO, PALM memroyeksikan hanya bisa memroduksi sebanyak 30.000 ton saja. Jumlah itu turun sekitar 34% dibanding tahun 2018 yang sebesar 46.159 ton. Realisasi PALM di kuartal I lalu mencapai penjualan dengan jumlah 6.419 ton.

Penurunan produksi komoditas kelapa sawit itu belum juga menghitung mengenai dampak perlambatan ekonomi global. Meski PALM masih lebih banyak memenuhi kebutuhan domestik namun hal tersebut tak bisa dipungkiri menekan harga jual komoditas PALM.

Devin sendiri mengatakan pihaknya akan sekuat tenaga mengoptimalkan sumber daya perusahaan yang ada. “Kebetulan kebun yang kita punya itu kebun yang mature,” ujar Devin.

Selain mengoptimalkan sumber daya yang ada, PALM juga disebutnya akan melakukan efisiensi seketat mungkin untuk menekan biaya yang tidak diperlukan, termasuk efisiensi man power perusahaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×