Reporter: Ratih Waseso | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini, tempat pembuangan sampah akhir (TPA) di Indonesia mulai kewalahan dalam mengelola sampah-sampah yang masuk. Hal tersebut terlihat dari perbandingan jenis sampah organik dan non-organik yang masuk ke TPA dinilai tidak seimbang.
Ini akhirnya menyebabkan tumpukan sampah menggunung. Hal ini terjadi karena banyak sampah yang masuk ke TPA tidak terlebih dahulu dikurangi melalui proses daur ulang.
Hanggara Sukandar, Director of Environment & Sustainability Affairs Responsible Care Indonesia mengatakan, yang terpenting dari sampah bukan sekedar pelarangan. Namun bagaimana mengolah sampah. Pasalnya sampah tidak bisa dihindari dalam kehidupan.
Oleh karenanya, muncul program advokasi, edukasi, dan sosialisasi daur ulang sampah plastik Yok Yok Ayok Daur Ulang! (YYADU!) yang salah satunya diinisiasi Trinseo. Program ini menjadi salah satau bentuk kolaborasi dengan berbagai pihak dan menggencarkan kegiatan edukasi dan sosialisasi daur ulang sampah plastik.
“Pada mulanya, program ini (YYADU!) terbentuk karena banyaknya anggapan masyarakat bahwa produk yang ramah lingkungan adalah produk yang dapat terurai secara alami, dimana pada faktanya dalam menentukan suatu produk itu ramah lingkungan perlu ditinjau secara menyeluruh dari awal diproduksi hingga siklus daur ulangnya. Di samping itu,pengelolaan sampah yang masih mengandalkan TPA tanpa memproses sampah terlebih dahulu," kata Hanggara di Rumah Daur Ulang di Bekasi, Rabu (14/6).
Baca Juga: Pengelolaan Daur Ulang Sampah Plastik di Indonesia Dinilai Masih Rendah
Hanggara menjelaskan, pengolahan sampah di Indonesia masih mekanikal recycle. Sementara masih banyak lagi teknik recycle sampah. Misalnya mengolah kembali plastik menjadi bahan bakunya.
Guna mewujudkan ekonomi sirkular lewat ekosistem daur ulang YYADU mengedepankan kolaborasi dalam proses edukasi dan sosialisasi. YYADU! kini berkolaborasi dengan Kita Olah Indonesia yang spesialis pengelolaan dan daur ulang sampah yang berlokasi di Kota Bekasi.
Edukasi dan sosialisasi daur ulang sampah plastik perlu terus-menerus dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran tiap lapisan masyarakat dalam menjalankan perannya masing-masing.
“Kegiatan daur ulang sampah tidak dapat hanya dilakukan oleh satu pihak saja, namun perlu kolaborasi pentahelix yang melibatkan berbagai pihak mulai dari masyarakat, akademisi, pemerintah, pelaku bisnis, hingga media. Dengan demikian, percepatan kegiatan daur ulang dapat terus ditingkatkan demi terwujudnya ekonomi sirkular yang dapat dirasakan oleh semua pihak,” jelas Hanggara.
Muhamad Andriansyah, Founder & CEO Kita Olah Indonesia mengatakan, sejak terbentuk pada 2021, pihaknya telah berupaya untuk memproses kurang lebih 900 ton sampah non-organik dalam satu tahun atau sekitar 3 ton per harinya.
Pengolahan sampah oleh Kita Olah Indonesia khusus pada sampah plastik berbagai jenis mulai dari high value plastic waste seperti HDPE, LDPE, PET, dan PS. Andre mengatakan sampah yang diolah pihaknya didapatkan dari bank sampah dan lapak-lapak sampah di sekitar serta perusahaan air mineral.
Kita Olah Indonesia telah mendaur ulang sampah plastik mulai dari limbah plastik bernilai tinggi seperti botol-botol bekas sampo, galon air mineral, jerigen, hingga tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News