kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

KKP panen lele di perbatasan RI-Malaysia


Senin, 06 November 2017 / 13:13 WIB
KKP panen lele di perbatasan RI-Malaysia


Reporter: Abdul Basith | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melakukan panen hasil budidaya menggunakan bioflok di daerah Sanggau, Kalimantan Barat (Kalbar). Daerah ini merupakan daerah perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia.

“Tahun 2017 ada sekitar 203 paket budidaya lele biofolk yang disalurkan kepada masyarakat di seluruh Indonesia,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Ditjen PB), Tri Hariyanto dalam siaran pers, Senin (6/11).

Penerima paket tersebut diutamakan untuk pondok pesantren dan seminari. Selain itu juga paket bioflok diberikan kepada kelompok masyarakat yang tinggal di perbatasan. Salah satunya adalah masyarakat Sanggau.

Budidaya lele dengan metode bioflok dinilai dapat memberikan tambahan pemasukan bagi masyarakat yang berada di perbatasan. Hal tersebut diungkapkan sesuai dengan visi presiden yang membangun Indonesia dari pinggiran.

Panen lele di Kabupaten Sanggau dilakukan pada 10 kolam berdiameter 3 meter. Rata-rata hasil panen lele mencapai 300 kilogram (kg) per kolam dengan ukuran 7 sampai 8 ekor per kg.

Total panen mencapai 3 ton dengan harga jual Rp 24.000 per kg. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperkirakan nilai produksi dari panen mencapai Rp 72 juta.

Biaya produksi lele dinilai masih lebih rendah dibandingkan dengan harga jual. Hal tersebut memberikan tambahan pemasukan bagi masyarakat. “Untungnya lumayan, paling kecil bisa Rp 6.000 sampai Rp 8.000 per kg,” terang Mardiansyah, Ketua Kelompok Maju Terus, salah satu kelompok penerima bantuan lele biflok di Kabupaten Sanggau.

Mardiansyah bilang lele hasil budidaya dijual ke pasar sekitar Entikong. Harga eceran yang dijual di pasar tersebut mencapai Rp 30.000 hingga Rp 32.000 per kg. Lele asal Indonesia ini diminati pembeli berwarga negara Malaysia karena dianggap lebih bersih dan cara pemeliharaannya dinilai baik.

Kabupaten Sanggau memiliki luas perairan hingga mencapai sekitar 136.364 hektare (ha) baik perairan umum seperti sungai, danau, rawa, dan bendungan maupun kolam budidaya. Perkembangan teknologi perikanan budidaya diharapkan dapat mendorong berkembangnya usaha perikanan di Kabupaten Sanggau.

Selain dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat, program lele bioflok juga diharapkan mampu menyuplai kebutuhan gizi masyarakat dari sumber protein ikan. Kebutuhan gizi kerap menjadi masalah yang dihadapi masyarakat di perbatasan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×