Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Handoyo .
Slamet melanjutkan, potensi kerugian yang terjadi dari kematian tersebut adalah dengan mengasumi kerugian per kilogram mencapai Rp 25.000. Sehingga dengan kematian massal mencapai 200 ton, rugi bisa mencapai Rp 5 milyar rupiah.
Terkait efeknya ke angka perikanan budidaya nasional, Slamet menyatakan kerugian 200 ton relatif kecil dibandingkan perkiraan produksi tahun ini yang bisa mencapai kisaran 9 juta ton. "Ini tidak akan terlalu pengaruh ke angka produksi ikan budidaya nasional, tapi ke masyarakat lokal jelas akan sangat berpengaruh," katanya.
Untuk menanggulangi hal ini, BRSDM akan menerapkan sejumlah langkah preventif. Pertama adalah sosialisasi Kalender Prediksi, kedua adalah Skema Alur Penanangan ekosistem berbasis Culture Based Fisheries (CBF).
Melalui kalender prediksi, BRSDM akan menghimbau peternak budidaya ikan di Danau Toba untuk membatasi masa penananamn benih dan panen pada periode Februari hingga Juni saja. Sisanya akan digunakan untuk memulihkan kondisi danau.
Kemudian melalui CBF, masyarakat dan komunitas akan didorong untuk menebar benih ikan secara bebas tanpa menggunakan karamba, tapi panen tetap dapat dilakukan secara berkala dan pasti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News