Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pengembangan budidaya perikanan Indonesia kian baik. Namun pemerintah dan pengusaha mengaku masih kerap terganjal oleh kondisi alam yang kian turun dan pengembangan lahan budi daya.
Menurut informasi Kementerian Kelautan dan Perikanan, dari luas wilayah perairan Indonesia yang mencapai 3,1 juta kilometer. Untuk sektor budi daya perikanan memiliki potensi lahan sebesar 12,1 juta hektare. Namun sayangnya lahan yang baru dimanfaatkan sekitar 325.000 ha alias 2,69%.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Slamet Soebjakto menyatakan pihaknya telah diberi mandat oleh presiden untuk mengembangkan sentra-sentra budi daya ikan.
"Kita ingin update sistem teknologi berupa Aqua culture, pembenihan dan pendederan bisa secara efisien di produksi," jelas Slamet, Rabu (5/7).
Tak hanya itu, pihaknya juga terus berupaya untuk menyediakan benih induk unggul untuk produk-produk budidaya ikan. Caranya adalah dengan melakukan kerja sama perekayasaan dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Laut.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) Mulyanto menyatakan budi daya mutiara Indonesia kerap terganjal oleh kondisi alam yang kian menurun.
"Efek plastik ke mutiara istilah kami adalah osteoporosis atau keropos cangkang, kemudian efek global warming adalah plankton dan mollusca untuk ekosistem juga banyak yang mati," jelasnya.
Efeknya, kerang mutiara yang berumur muda atau baru berukuran dua senti menjadi mati. Apalagi kerang mutiara dalam ukuran tersebut tengah berada dalam fase yang rawan.
Karena itu, ia berharap KKP selain gencar melakukan program budidaya, namun juga aktif dalam melakukan kegiatan pembersihan laut dan pengembangan ekosistem alam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News