Reporter: Noverius Laoli | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tengah mengkaji pengembangan hutan tanaman energi di hutan konservasi. KLHK menemukan terdapat 56 titik potensi panas bumi di hutan lindung dan 50 titik di hutan produksi. Sementara masih ada 145 titik di areal penggunaan lain yang berpotensi sebagai sumber panas bumi. Bila seluruh potensi titik panas bumi ini dikelola, maka dapat menghasilkan energi listrik hingga 28.617 megawatt.
Menteri KLHK Siti Nurbaya mengatakan, panas bumi ini harus dimanfaatkan menjadi energi terbarukan. Sebab selama ini baru 10% dari total energi yang digunakan di Indonesia berasal dari energi terbarukan dan 90% sisanya masih menggunakan energi fosil.
Ia menilai hutan yang ada di Indonesia mampu memasok energi terbarukan untuk kebutuhan masyarakat. Karena itu pengelolaan hutan yang berkelanjutan akan menopang kehidupan dan menjadi benteng dari bencana perubahan iklim.
"Indonesia memiliki banyak potensi sumber energi terbarukan. Semuanya terkait langsung dengan keberadaan hutan dan lingkungan hidup,” ujar Siti, Selasa (21/3).
Saat ini, pihaknya tengah mengkaji pengembangan hutan tanaman energi. Tanaman yang dimanfaatkan adalah jenis yang bisa digunakan sebagai energi biofuel dan biomassa. Misalnya ekaliptus, sengon, nyamplung, akasia, kaliandra, dan kemiri. Sejauh ini, KLHK menemukan lokasi hutan konservasi di sejumlah lokasi yakni di Telaga Bodas, Kamojang, Batang Gadis, Kerinci Seblat, Halimun Salak, Ciremai, Rinjani, dan Bogani Nawarta Bone.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) Indroyono Soesilo mengungkapkan sudah ada 32 perusahaan yang siap untuk mengembangkan hutan tanaman energi. “Luasnya, 1,1 juta hektare,” katanya.
Rinciannya, ada 10 unit yang sejak awal memang disiapkan untuk hutan tanaman energi. Luas totalnya sekitar 297.645 hektare (ha). Selain itu ada sekitar 22 unit lagi yang sudah menyatakan komitmen untuk pengembangan hutan tanaman energi dengan luas konsesi sekitar 790.000 ha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News