Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Komisi VII DPR RI menyoroti mangkraknya proyek pipa gas transmisi ruas Cirebon-Semarang (Cisem). DPR mendesak PT Rekayasa Industri (Rekind) untuk memberikan kejelasan soal kelanjutan proyek yang sudah dimenangkannya dalam lelang tahun 2006 tersebut.
"Proyek pipa gas Cisem itu perlu ada keputusan. Karena ini sudah berputar di dalam lingkaran setan yang terlalu lama," ungkap Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno dalam Rapat Dengar Pendapat yang digelar Selasa (29/9).
Eddy pun menyesalkan sikap Rekind yang terkesan memberikan dua sikap yang berbeda. Dia membeberkan, berdasarkan surat pernyataan dari Rekind tanggal 28 Januari 2020, anak usaha dari PT Pupuk Indonesia (Persero) tersebut menyatakan kesediaan dan kesanggupannya untuk membangun pipa gas Cisem berdasarkan angka-angka dan keekonomian sesuai dokumen lelang.
"Tapi kemarin kami mendapatkan siaran pers Rekind yang mengatakan keekonomianya sudah berubah. Jadi ini ada pesan coflicting massege yang dikirimkan, seharusnya itu dihindari," sambung Eddy.
Sekali pun ada perubahan secara keekonomian, sambungnya, seharusnya pihak Rekind membicarakan terlebih dulu dengan para stakeholders terkait. Eddy pun menegaskan agar kelanjutan proyek ini segera diputuskan, apakah akan digarap oleh Rekind atau akan kembali diserahkan kepada pemerintah untuk dilelang ulang.
"Kami minta agar segera ini diambil keputusan. Keputusannyasimple, dilaksanakan, atau dikembalikan, agar kemudian bisa dilelang ulang oleh BPH Migas," sebut Eddy.
Baca Juga: PGN (PGAS) merealisasikan capex US$ 123 juta, ini rinciannya
Hal senada juga disampaikan oleh Anggota Komisi VII DPR RI Ridwan Hisjam . "Kalau ini memang dinilai belum ekonomis, saya kira kebijakannya harus ada, jangan dibuat berlarut-larut," ungkapnya.
Ridwan membeberkan, berdasarkan informasi yang diterimanya, mangkraknya proyek ini juga berkaitan dengan kepastian calon pembeli gas bumi (shipper) dan volume gas yang disalurkan. Padahal, proyek pipa gas Cisem ini dinilainya penting untuk bisa segera diselesaikan. Apalagi, dalam beberapa tahun ke depan proyek Jambaran Tiung Biru (JTB) akan beroperasi.