kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kongsi Group Lippo dan Astro Malaysia Kian di Ujung Tanduk


Jumat, 29 Agustus 2008 / 21:45 WIB
Kongsi Group Lippo dan Astro Malaysia Kian di Ujung Tanduk


Sumber: Straits Times | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Proses negosiasi soal kelangsungan kerjasama antara Grup Lippo dan All Asia Astro  Networks (Astro Malaysia) yang tinggal dua hari lagi masih belum menunjukkan tanda positif. Ada sinyal kuat, kongsian bisnis Ananda Krishnan dan James Riady itu berada di ujung tanduk.

Media Singapura, Straits Times edisi 27 Agustus 2008 secara panjang lebar memaparkan benih-benih keretakan kongsian  dua konglomerasi ini. Dua perusahaan itu, sejauh ini telah berkongsi pada tiga proyek. Pertama, di bisnis teve berbayar (pay teve) dengan bendera PT Direct Vision dan kedua, PT Natrindo Telekomunikasi Seluler (NTS). Keduanya berada di Indonesia. Ketiga, perusahaan properti di Singapura dengan bendera Overseas Union Enterprise (UOE).

Benih perpecahan kongsi dua grup itu muncul setelah Maxis Telecommunication, anak usaha  Ananda Krishnan, pemegang 95% saham NTS, menjual 51% sahamnya pada Saudi Telecom pada Juli 2007 silam. Dari penjualan itu plus 25% saham Maxis Telecom, Ananda Krishnan mendapat US$ 3,05 miliar.

Mulai Saling Menyerang

Tampaknya, Lippo merasa tersinggung dengan langkah bisnis Krishnan. Soalnya, dari transaksi itu, Lippo tak mendapatkan apa-apa. Untuk mendapatkan 95% saham NTS, Krishnan cuma bermodal US$ 224 juta. Setelah dijual, harganya berlipat-lipat.

Langkah "balas dendam" tampaknya dilakukan Direct Vision. Lippo minta US$ 250 juta untuk melepas 51% Direct Vision ke Astro Malaysia sebagaimana telah dijanjikan pada perjanjian tahun 2005. Tentu saja Astro menolak. Soalnya, mereka sudah menanggung semua biaya operasional dan konten Direct Vision yang kalau ditotal selama hampir tiga tahun nilainya mencapai US$ 136 juta.

Langkah Lippo tak berhenti di situ. Agustus 2007, pihak Lippo melaporkan Sean Dent, salah satu direksi Direct Vision yang ditaruh Astro Malaysia ke polisi lantaran dituduh melakukan penggelapan duit dengan melakukan transaksi keuangan pada anggota keluarga mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir.

Tak berhenti di situ, Mei 2008, lagi-lagi Lippo melaporkan beberapa direksi Direct Vision ke polisi lantaran dituduh telah melakukan tindak penggelapan dan pencucian uang. Beberapa eksekutif Astro Malaysia malah dilarang masuk Indonesia.  

Astro Malaysia tak tinggal diam. Seminggu sebelum habis tenggat negosiasi kelanjutan kerjasama di Direct Vision yang bakal  habis 31 Agustus nanti, Astro Malaysia ganti melaporkan Lippo ke Polda Metro Jaya lantaran dianggap melakukan penipuan dan penggelapan duit terkait perjanjian kepemilikan saham Direct Vision.

Rangkaian sengketa ini semakin meyakinkan bahwa hubungan Krishnan dan Riady saat ini di ujung tanduk, termasuk di Direct Vision. Semakin benar kata pepatah: dalam bisnis, tak ada mitra yang abadi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×