kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.348.000   -50.000   -2,09%
  • USD/IDR 16.726   -19,00   -0,11%
  • IDX 8.370   -1,56   -0,02%
  • KOMPAS100 1.159   1,71   0,15%
  • LQ45 844   2,78   0,33%
  • ISSI 293   0,51   0,17%
  • IDX30 443   1,88   0,43%
  • IDXHIDIV20 509   1,38   0,27%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -1,02   -0,74%
  • IDXQ30 140   0,57   0,41%

Konsumsi Bahan Bakar Alternatif Jaga Laba Indocement (INTP) Saat Penjualan Melambat


Minggu, 16 November 2025 / 13:54 WIB
Konsumsi Bahan Bakar Alternatif Jaga Laba Indocement (INTP) Saat Penjualan Melambat
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat semen merek Indocement produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) di pelabuhan Sunda Kelapa, Jakarta, Senin (5/8/2024). . KONTAN/Cheppy A. Muchlis/05/08/2024. Penurunan penjualan semen secara nasional turut mengganjal kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) pada kuartal III-2025.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan penjualan semen secara nasional turut mengganjal kinerja PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP). Tapi, laba bersih INTP masih bisa melaju saat pendapatan melambat selama periode sembilan bulan 2025.

Emiten dengan merek produk Semen Tiga Roda ini meraup pendapatan neto senilai Rp 12,91 triliun sampai dengan September 2025. Pendapatan INTP merosot 3,07% dibandingkan raihan Rp 13,32 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Meski pendapatan menyusut, tapi bottom line INTP masih bisa tumbuh tipis 0,95% secara tahunan atau year on year (yoy). INTP meraih laba bersih senilai Rp 1,06 triliun hingga kuartal III-2025, dari posisi Rp 1,05 triliun pada periode sebelumnya.

Baca Juga: Kemenperin Siapkan Usulan Insentif untuk Industri Otomotif Nasional pada 2026

Corporate Secretary Indocement Tunggal Prakarsa, Dani Handajani mengungkapkan di tengah penurunan penjualan semen, INTP masih bisa mempertahankan margin EBITDA dan margin laba kotor. "Hal ini tidak lepas dari kebijakan perusahaan untuk menjaga disiplin biaya serta peningkatan efisiensi energi," kata Dani saat dihubungi Kontan.co.id beberapa hari yang lalu.

Dani menyoroti peningkatan konsumsi bahan bakar alternatif dan kontrol biaya tetap (fixed cost) yang secara ketat dilakukan oleh INTP sepanjang sembilan bulan 2025. Dani menjelaskan, biaya energi merupakan komponen terbesar dalam biaya manufaktur Indocement, dengan porsi sekitar 40%-50% dari total biaya produksi. 

"Oleh karena itu inovasi dalam bauran energi, termasuk pemanfaatan bahan bakar alternatif dan energi terbarukan seperti panel surya, menjadi langkah strategis," ungkap Dani.

Biaya energi secara keseluruhan masih didominasi oleh batubara. Tapi, Dani membeberkan penggunaan bahan bakar alternatif telah membawa penghematan biaya bagi INTP. Dani memberikan gambaran dalam 10 tahun terakhir, konsumsi bahan bakar alternatif INTP meningkat pesat.

Pada tahun 2015 porsinya hanya sebesar 2,3% dari total bahan bakar. Sedangkan dalam periode sembilan bulan 2025, penggunaan bahan bakar alternatif telah mencapai 28,1% atau naik sekitar 12 kali lipat. "Kami menargetkan pada 2030, 42% bahan bakar yang digunakan adalah bahan bakar alternatif," imbuh Dani.

Adapun, sumber bahan bakar alternatif INTP antara lain Refuse Derived Fuel (RDF) yang berasal dari pengolahan sampah perkotaan. INTP telah bekerja sama dengan Pemerintah DKI Jakarta sebagai offtaker RDF dari Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang dan RDF Plant Rorotan.

Selain itu, INTP menjalin kolaborasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kota Makassar, Kota Cimahi, Kabupaten Karawang dan sejumlah daerah lainnya. Melalui anak perusahaan PT Sari Bhakti Sejati, INTP juga berinvestasi di PT Amita Prakarsa Hijau yang memproduksi bahan baku dan bahan bakar alternatif dari limbah industri dan rumah tangga.

Pada semester kedua 2025, fasilitas untuk memasok bahan bakar alternatif di Kompleks Pabrik Grobogan dan Pabrik Maros telah selesai dibangun. Pengoperasian fasilitas ini akan meningkatkan konsumsi bahan bakar alternatif Indocement.

Dus, pada akhir tahun ini, INTP masih akan menggenjot penggunaan bahan bakar alternatif dan kontrol biaya untuk menjaga perolehan laba. "Pada kuartal IV-2025, kami tetap berfokus untuk melanjutkan kebijakan menjaga disiplin biaya serta peningkatan pemakaian bahan bakar alternatif," ujar Dani.

Proyeksi Penjualan & Realisasi Capex

Merujuk ikhtisar kinerja INTP pada kuartal III-2025, volume penjualan semen dan klinker domestik Indocement mencapai 14,02 juta ton, atau turun 3,6%. Kondisi ini sejalan dengan penjualan semen nasional yang sedang melandai.

Asosiasi Semen Indonesia (ASI) mencatat penurunan sekitar 3,1% pada pasar semen domestik untuk periode sembilan bulan 2025, terutama akibat kontraksi volume semen curah sebesar 9,8%. Sementara pasar semen kantong relatif stabil dengan penurunan tipis 0,1%.

Pada periode tersebut, pangsa pasar (market share) domestik INTP berada di level 29,3%. Di tengah penurunan penjualan semen di pasar dalam negeri, volume ekspor INTP naik signifikan sebanyak 124,2% menjadi 423.000 ton.

Dani bilang, INTP memperkirakan permintaan domestik akan menurun sekitar 2% – 3% pada tahun 2025. Terutama karena pemotongan anggaran infrastruktur tahun ini dan pelemahan daya beli.

Tetapi, permintaan semen tahun depan berpeluang terkerek naik oleh upaya pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi. Antara lain dari paket stimulus, penurunan suku bunga, perpanjangan diskon PPN untuk properti residensial, dan peningkatan alokasi anggaran untuk pekerjaan umum.

Sebagai prediksi awal, INTP memperkirakan ada pertumbuhan dengan level konservatif pada tahun depan. "Kami mengantisipasi peningkatan permintaan pada tahun 2026 dengan perkiraan awal pertumbuhan sekitar 1% dari tahun 2025," kata Dani.

Guna menangkap peluang tersebut, INTP mengucurkan belanja modal alias capital expenditure (capex) untuk pemeliharaan dan perawatan pabrik agar operasional tetap optimal. INTP juga mengalokasikan capex untuk investasi proyek keberlanjutan.

Proyek tersebut mencakup fasilitas bahan bakar alternatif, instalasi panel surya, dan pengembangan sarana logistik dan distribusi. Realisasi capex INTP hingga kuartal III-2025 mencapai sekitar Rp 1,4 triliun.

"Untuk proyeksi hingga akhir tahun, kami pastikan realisasi capex akan tetap sejalan dengan rencana pengembangan dan prioritas strategis perusahaan," tutup Dani.

Baca Juga: Industri Keramik Kembali Pulih Disokong Pasar Domestik, Asaki Ungkap Pendorongnya

Selanjutnya: Saham BRPT Diprediksi Masih Kuat Melaju, Ditopang Faktor Teknikal dan Fundamental

Menarik Dibaca: Apakah Timun Bisa Menurunkan Kolesterol Tinggi atau Tidak? Ini Jawabannya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×