Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Konsumsi produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG) di Indonesia dinilai masih rendah dibandingkan negara lain seperti China, Brasil, maupun negara-negara Eropa.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), Vivek Agarwal, dalam acara CEO Insight yang digelar di Jakarta, Selasa (26/11).
"Jika Anda melihat industri FMCG secara keseluruhan dan membandingkannya dengan China atau Brasil, konsumsi total per kapita produk FMCG di Indonesia adalah sekitar 225 euro," ujar Vivek.
Ia menambahkan, konsumsi di China mencapai 330 euro per kapita, sementara di Brasil angkanya lebih dari 900 euro atau 3,5 kali lipat lebih besar dibandingkan Indonesia.
Baca Juga: Menimbang Untung Rugi Rencana Divestasi Bisnis Es Krim Unilever (UNVR)
"Jika kita bandingkan dengan banyak pasar Eropa, maka kita akan menemukan perbedaan yang lebih besar," lanjutnya.
Meski konsumsi masih rendah, Vivek melihat hal ini sebagai peluang untuk mendorong pertumbuhan industri FMCG. Ia mengungkapkan, selama 10 tahun terakhir, sektor ini telah mengalami perkembangan signifikan di Indonesia.
"Sebagai contoh, penetrasi produk seperti sabun cair masih di bawah 60%, sedangkan penggunaan post wash (conditioner) kurang dari 20%. Ini menunjukkan bahwa industri ini memiliki peluang besar untuk berkembang," jelas Vivek.
Unilever sendiri optimistis terhadap pertumbuhan penggunaan produk FMCG di Tanah Air. UNVR, yang merupakan salah satu perusahaan FMCG terbesar di Indonesia, saat ini menjadi pemimpin pasar di 13 kategori dengan lebih dari 80% turnover berasal dari pangsa pasar yang kuat.
Baca Juga: Unilever (UNVR) Bakal Jual Bisnis Es Krim Seharga Rp 7 Triliun, Ini Pembelinya
"Kami telah berada di Indonesia selama 91 tahun. Salah satu tanggung jawab utama kami adalah mengembangkan pasar, memberikan informasi kepada pelanggan, dan mengarahkan penjualan," kata Vivek.
Dalam upaya memperkuat bisnis, Unilever juga terus meluncurkan produk baru seperti Tresemme Serum, Ponds Sun Serum, dan Royco Saus Tiram, yang menurut perusahaan mendapatkan respons positif dari konsumen.
Direktur Utama Unilever, Benjie Yap, sebelumnya menyebutkan bahwa pihaknya tengah menghadapi tantangan pasar.
"Kami memahami dengan jelas langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya. Sembari terus beradaptasi dengan lanskap pasar yang berkembang, kami tetap fokus menghasilkan inovasi berkualitas dan konsisten untuk konsumen kami," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (23/10).
Baca Juga: Cek Saham-Saham yang Banyak Dikoleksi Asing pada Perdagangan Awal Pekan ini
Meski demikian, kinerja Unilever pada kuartal ketiga tahun 2024 mengalami tekanan. Penjualan bersih terkoreksi 10,12% menjadi Rp 27,4 triliun dari Rp 30,5 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Laba bersih perusahaan juga turun 28,15% menjadi Rp 3 triliun hingga September 2024 dibandingkan Rp 4,18 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Selanjutnya: Penghapusan BPHTB & PBG Progam 3 Juta Rumah Turunkan Beban Konsumen Sampai Rp 6 Juta
Menarik Dibaca: Muncul Memar? Ini 5 Efek Kekurangan Vitamin C pada Kulit yang Harus Anda Tahu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News