kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Konsumsi Premium Dibatasi, Honda Yakin Penjualannya Tak Anjlok


Kamis, 27 Mei 2010 / 23:12 WIB
Konsumsi Premium Dibatasi, Honda Yakin Penjualannya Tak Anjlok


Reporter: Nadia Citra Surya |

JAKARTA. Senior General Manager Sales Division PT Astra Honda Motor (AHM) Sigit Kumala yakin, penjualan sepeda motor Honda tidak akan serta merta menurun.

Ia percaya, sebagian besar masyarakat Indonesia masih akan tetap memilih sepeda motor sebagai alternatif utama alat transportasi yang murah dan irit.

"Kami siap menjawab tantangan ini dengan produk-produk motor yang hemat konsumsi BBM," kata Sigit kepada KONTAN, Kamis (27/5).

Meski Honda juga memasarkan sepeda motor di segmen sport yang relatif lebih tinggi konsumsi bahan bakarnya, Sigit berpendapat bahwa segmen motor sport biasanya adalah kalangan menengah ke atas. "Jadi mereka memang membeli motor dengan alasan hobi dan telah terbiasa mengisi dengan BBM non-subsidi," imbuh Sigit.

Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya, Pemerintah membikin beleid anyar menyoal pembelian Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi jenis premium. Nantinya, pemerintah akan membatasi penggunaan premium bagi pengguna kendaraan roda dua. Rupanya pemerintah berusaha menjaga konsumsi BBM bersubdisi agar tidak melampui kuota Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P).

Ketua Umum Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Gunadi Sindhuwinata menyatakan pihaknya sudah pernah diundang oleh Kementerian ESDM untuk membahas soal rencana pembatasan distribusi BBM bersubsidi. Dalam pertemuan itu, kata Gunadi, mereka diminta untuk menyampaikan analisisnya jika kebijakan itu diterapkan bagi sepeda motor. “Kami diundang dan sudah menyampaikan data,” ujarnya.

Menurut Gunadi, industri sebetulnya sangat mendukung perencanaan pengendalian konsumsi BBM yang tepat. Tapi pemerintah juga harus mengambil kebijakan yang punya dampak jangka panjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×