Reporter: Juwita Aldiani | Editor: Dikky Setiawan
JAKARTA. Harga minyak dunia yang masih terpuruk tak hanya menyusahkan perusahaan kontraktor minyak. Pebisnis pendukung aktivitas kontraktor pun ikut kesulitan mendapat penghasilan.
Seperti yang dirasakan oleh PT Logindo Samudramakmur Tbk (LEAD). Manajemen perusahaan ini mengungkapkan, sepanjang bulan pertama awal tahun ini, belum mendapatkan kontrak kerja baru.
Menurut Sundap Carulli, Chief Financial Officer yang merangkap Sekretaris Perusahaan Logindo Samudra makmur, hingga kini pihaknya masih mengandalkan kontrak kerja yang masih berjalan yakni senilai US$ 125 juta. Jenis kontrak tersebut bervariasi. Ada kontrak yang baru berjalan atau kontrak yang sudah setengah berjalan.
Selagi masih belum mendapat kontrak baru, Logindo pun belum punya rencana menambah armada kapal. "Kami tidak akan membeli kapal lagi. Bila pun ada kontrak baru, kami masih bisa menggunakan armada yang ada," katanya kepada KONTAN, Selasa (2/2).
Tapi, bila kondisi memungkinkan, bisa saja perusahaan ini mengubah rencana untuk menambah armada kapal. Makanya, LEAD saat ini masih terus melakukan penjajakan mengikuti beberapa tender bisnis.
Sayang, Sundap tidak merinci jenis tender yang tengah diikuti perusahaan ini. Begitu pula soal nilainya lantaran belum pasti apakah menang atau kalah.
Meski begitu, Logindo tidak menyerah dengan keadaan. Perusahaan ini terus berupaya memompa pendapatan bisnis. Misalnya dengan mengoptimalkan tingkat utilisasi kapal yang mereka miliki.
Perusahaan ini menargetkan utilisasi armada Logindo bisa mencapai 60% tahun ini. Target ini sedikit lebih optimistis ketimbang utilisasi armada Logindo tahun lalu yang tercatat di kisaran 50%.
Ekspansi ke luar negeri
Sebetulnya, target kapal yang beroperasi Logindo tidak terlalu banyak. Soalnya, perusahaan ini punya 60 kapal. Itupun tidak semua beroperasi lantaran banyak perusahaan migas yang menunda bahkan menghentikan kegiatan eksplorasi dan produksi.
Apalagi kata Sundap, untuk pelayanan kapal laut dalam, porsinya sedikit berkurang tahun ini. Selain resikonya cukup tinggi dan peralatan yang kompleks, biayanya ternyata juga ikut-ikutan terdongkrak. Apalagi ditambah harga minyak yang masih anjlok membuat biaya produksi menjadi tidak impas.
Ia menyebut kapal Logindo yang masih beroperasi di ladang bisnis migas sudah berkurang. Selain itu ada juga beberapa kapal milik perusahaan ini yang sudah tua sehingga tidak laik untuk beroperasi. "Dalam sehari, memang tidak semua kapal kami yang beroperasi," paparnya.
Alhasil untuk sementara ini, Logindo masih kesulitan untuk memprediksi target bisnis sepanjang tahun ini lantaran situasi ekonomi yang masih mendung. Ia juga belum bisa memastikan belanja modal yang bakal perusahaan keluarkan tahun ini. Meski begitu, ia berharap ekonomi 2016 bisa lebih baik dari 2015.
Dalam catatan KONTAN sebelumnya, perusahaan ini memang tengah menjajaki mengikuti tender penyewaan armada kapal di luar negeri. Langkah ini untuk menyikapi situasi bisnis yang belum kondusif di tanah air.
Negara-negara yang menjadi tujuan ekspansi LEAD adalah Myanmar, Thailand. Perusahaan ini akan memulai ekspansi tersebut mulai awal tahun ini.
Supaya lancar, Logindo tengah mempelajari birokrasi bisnis di masing-masing negara. Maklum, situasi bisnis di antara negara tersebut berbeda satu sama yang lain.
Selain itu, LEAD akan menyiapkan sembilan armada siap sewa bila tender di luar negeri lolos. Armada kapal tanker tersebut berkapasitas 5.000 brake horse power (BHP)-12.000 BHP.
Hingga kuartal III-2015 Logindo membukukan pendapatan US$ 35,34 juta atau turun 34% dibandingkan periode yang sama tahun 2014 yakni senilai US$ 53,64 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













