kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kontraktor jasa pertambangan masih wait and see menyikapi peningkatan ekspor batubara


Rabu, 02 Desember 2020 / 18:29 WIB
Kontraktor jasa pertambangan masih wait and see menyikapi peningkatan ekspor batubara
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontraktor jasa pertambangan masih wait and see menyikapi kesepakatan dagang untuk meningkatkan ekspor batubara dari Indonesia ke China. Di tengah tekanan industri batubara seperti sekarang, pelaku usaha jasa pertambangan berharap bisa ikut mencuil cuan dari peluang tersebut.

Direktur Eksekutif Asosiasi Jasa Pertambangan Indonesia (Aspindo) Bambang Tjahjono membeberkan, saat ini sektor jasa pertambangan terdampak pandemi covid-19 seiring dengan penurunan pasar secara global. Efek paling besar terasa pada kontraktor di tambang kecil dan kalori rendah.

"Pada tambang besar dan kontraktor besar, yang terasa berat adalah pengelolaan man power, karena harus melakukan lockdown. Tetapi rotasi pada akhirnya tetap harus dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan," sebut Bambang saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (2/12).

Adanya kesepahaman (MoU) antara Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI-ICMA) dengan CCTDA (China Coal Transportation and Distribution) untuk meningkatkan ekspor batubara thermal menjadi prospek positif untuk pemulihan industri pertambangan di tahun depan. 

Kendati begitu, sentimen positif itu belum secara otomatis berdampak terhadap sektor jasa pertambangan. Pasalnya, masih ada sejumlah kondisi yang harus diamati Apalagi, komitmen antara APBI dan CCTDA masih berupa MoU yang  tergantung bagaimana kesepakatan lanjutannya.

Baca Juga: Soal smelter tembaga Freeport dan Amman Mineral, begini kata IMA dan AP3I

Di luar MoU tersebut, Bambang menjelaskan bahwa ada faktor lain yang mesti diperhatikan, mulai dari faktor global hingga dalam negeri. Seperti relasi China dan Australia dalam perdagangan batubara, sentimen kebijakan Amerika Serikat pasca Pilpres, hingga pemulihan ekonomi global dan kebutuhan pasar terhadap energi. 

"Jangan lupa, ini hanya MoU, masih bisa berubah. (Kontraktor jasa pertambangan) tergantung customernya. Peningkatan jangka pendek pasti terjadi terutama customer yang ekspor ke China. Tapi mungkin belum banyak menambah investasi karena banyak alat yang masih standby, yang bisa diaktifkan," terang Bambang.

Selain faktor global, prospek industri pertambangan tahun depan juga masih wait and see, menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) sebagai aturan turunan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 alias UU Minerba. "(Dampak positif MoU APBI-CCTDA) pasti, setidaknya untuk tahun 2021. Yang masih kami tunggu adalah PP sebagai turunan UU No. 3/2020," sambung Bambang.

Senada, Kepala Hubungan Investor PT Samindo Resources Tbk (MYOH) Ahmad Zaki Natsir berharap agar MoU peningkatan ekspor batubar ke China bisa membawa imbas positif terhadap kontraktor jasa pertambangan. Namun, MYOH masih wait and see peluang yang bisa diraih atas MoU tersebut.

"Kita kumpulkan semua informasi terkait batubara, lalu kita buat analisisnya. Kira-kira apa pengaruhnya ke industri baik secara uum atau khsuus. Harapannya pasti positif," kata Zaki.



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×