Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) terus menggenjot penjualan hunian, khususnya untuk segmen rumah tapak. Perusahaan ini pun optimistis target penjualan bisa tercapai dengan adanya kucuran insentif properti serta berbagai strategi promosi yang dilancarkan perusahaan.
Direktur MTLA Olivia Surodjo mengungkapkan, produk rumah tapak masih menjadi andalan bagi Metropolitan Land (Metland). Hingga semester pertama 2021, penjualan rumah tapak tumbuh 32% secara year on year (yoy). Kinerja penjualan rumah tapak Metland di paruh pertama pun sudah 55% dari yang ditargetkan.
Kontribusi dari rumah tapak pun signifikan, yakni menyumbang sekitar 70%-80% bagi pendapatan MTLA.
"Kami optimistis untuk penjualan rumah tapak di tahun ini minimal bisa in line dengan target. Didukung dengan insentif PPN DTP, suku bunga acuan BI yang rendah dan tentunya program promo menarik dari developer," kata Olivia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (20/9).
Baca Juga: Harga masih mahal, Metropolitan Land (MTLA) masih enggan pasang panel surya
Saat ini, MLTA gencar memasarkan proyek perumahan, yakni:
- Metland Menteng, Cakung Jakarta Timur dengan kisaran harga Rp 1,8 miliar - Rp 4 miliaran.
- Metland Tambun, Bekasi dengan kisaran harga Rp 1 miliar - Rp 2 miliar
- Metland Cibitung, Bekasi (kisaran harga Rp 500 juta - Rp 900 juta)
- Metland Cileungsi, Bogor (kisaran harga Rp 400 juta - Rp 900 jutaan)
- Metland Transyogi, Bogor (kisaran harga Rp 700 juta - Rp 2 miliaran)
- Metland Puri, Tangerang (kisaran harga Rp 1 miliar - Rp 2 miliar)
- Metland Cyber City, Tangerang (kisaran harga Rp 1.8 miliar - Rp 3 miliar).
Selain rumah tapak, Metland juga tengah memasarkan apartemen yakni Gold Apartment di Bekasi dengan kisaran Rp 800 juta - Rp 2 miliar dan Kaliana Apartment di Bogor dengan kisaran harga Rp 300 juta - Rp 700 jutaan.
"Saat ini kami tengah mengadakan virtual expo Metland blanjaproperti21 bisa diakses di blanjaproperti.com untuk mendapatkan berbagai promo menarik, hadiah langsung, free biaya-biaya, subsidi bunga KPR 1% sesuai syarat ketentuan berlaku," ungkap Olivia.
Dia pun memperkirakan, penyerapan pasar apartemen untuk tahun ini masih belum tumbuh signifikan dibandingkan dengan minat konsumen terhadap rumah tapak. Ada sejumlah alasan yang melatari kondisi ini.
Pertama, dengan adanya pandemi Covid-19, rental market yang semula menjadi incaran investor atau pemilik apartemen semakin kecil. Lantaran berkurangnya ekspatriat serta pembatasan mobilitas masyarakat.
Kedua, biaya perawatan (maintenance fee) relatif tinggi jika dibandingkan dengan Iuran Pengelolaan Lingkungan (IPL) di perumahan. Selain itu, masyarakat juga cenderung melihat faktor kesehatan bisa lebih didukung oleh kawasan perumahan.
"Saat ini masyarakat merasa kesehatan menjadi hal yang utama, kebutuhan ruang terbuka hijau menjadi salah satu pertimbangan. Didukung dengan fasilitas kawasan untuk berkegiatan dan tidak crowded, dimana ini menjadi kekuatan rumah tapak," pungkas Olivia.
Selanjutnya: Simak proyeksi IHSG dan rekomendasi saham untuk perdagangan Selasa (21/9)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News