Reporter: Muhammad Julian | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) optimistis memacu kinerja di tengah penurunan permintaan tes pemeriksaan Covid-19. Emiten farmasi tersebut sudah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi penurunan permintaan tersebut.
“Strategi bisnis mix untuk obat resep, obat bebas, nutrisi, alat kesehatan dan digital bisnis termasuk inovasi produk baru dan teritori baru,” ujar Presiden Direktur KLBF, Vidjongtius kepada Kontan.co.id, Jumat (6/1).
Seperti diketahui, pemerintah memang sudah mulai melonggarkan kebijakan tes pemeriksaan Covid-19 sejak tahun 2022 lalu. Di tahun 2022, kewajiban untuk mengikuti tes pemeriksaan PCR dan antigen sebelum bepergian hanya diwajibkan bagi orang yang belum mengikuti vaksinasi Covid-19 secara lengkap.
Pelonggaran tersebut mencapai puncaknya di penghujung 2022. Pemerintah resmi mencabut kebijakan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) mulai 30 Desember 2022 lalu. Kewajiban untuk melakukan tes pemeriksaan swab antigen dan PCR pun pupus seturut dicabutnya kebijakan tersebut.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan bahwa pemerintah tidak lagi mewajibkan masyarakat untuk melakukan tes swab antigen dan PCR sebagai syarat untuk menjalankan kegiatan dengan dicabutnya kebijakan PPKM.
Baca Juga: Diagnos Laboratorium (DGNS) Akui Permintaan Layanan Tes Covid-19 Melandai
Diakui Vidjongtius, volume rata-rata pemeriksaan tes Covid-19 KLBF bahkan sudah turun di tahun 2022 jika dibandingkan tahun 2021. Hanya saja, porsi kontribusi pendapatan dari tes pemeriksaan tersebut, kata Vidjongtius, cukup kecil dalam total pendapatan konsolidasi KLBF.
“Kontribusi tes Covid relatif kecil dari total konsolidasi,” tutur Vidjongtius.
Ucapan Vidjongtius sejalan dengan data yang ditunjukkan oleh laporan keuangan interim perusahaan.
Laporan keuangan KLBF per 30 September 2022 menunjukkan, sebagian besar pendapatan KLBF di Januari-September 2022 berasal dari segmen distribusi dan logistik, yakni sebesar Rp 7,75 triliun atau setara 36,62% dari total pendapatan KLBF di periode tersebut.
Pendapatan sisanya berasal dari 3 segmen usaha, yakni segmen nutrisi Rp 5,75 triliun, produk kesehatan Rp 3,26 triliun dan obat resep Rp 4,40 triliun.
Secara total, penjualan neto KLBF di sepanjang Januari-September 2022 mencapai Rp 21,18 triliun, naik 10,90% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dibanding pendapatan periode Januari-September 2021 yang sebesar Rp 19,09 triliun.
Seturut penjualan yang menanjak, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih KLBF naik 8,64% yoy dari semula Rp 2,28 triliun di Januari-September 2021 menjadi Rp 2,48 triliun di Januari-September 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News