Reporter: Herlina KD |
JAKARTA. Komoditas pertanian asal Indonesia rupanya mulai dilirik oleh investor asing. Salah satunya adalah investor asal Korea Selatan yang mulai melirik untuk menjajaki kerjasama produksi dan ekspor komoditas pertanian dari Indonesia seperti jagung, kopra, dan minyak kelapa.
Ketua Dewan Hortikultura Benny Kusbini menjelaskan, dari beberapa komoditas ini, satu komoditas yang paling potensial untuk dikembangkan adalah jagung. Pasalnya, kondisi iklim di Indonesia memang cukup kondusif untuk menanam jagung.
Nantinya, jika investor asal Korea Selatan ini berminat, maka akan dilakukan sistem kerja sama dengan petani di Indonesia. "Nanti kita menyiapkan lahannya, dan Korea akan membantu mesin-mesin untuk mengolah lahan," kata Benny.
Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola mengungkapkan, sebenarnya Korea memang sudah lama melakukan penjajakan kerja sama investasi penanaman jagung untuk memenuhi kebutuhan jagung Korea yang selama ini diimpor dari Amerika Serikat. "Korea itu mengimpor 6 juta ton setiap tahunnya," ujar Max.
Menurut Max, Korea Selatan saat ini memang sedang mencari alternatif impor jagung dari negara lain yang jaraknya lebih dekat dengan Korea. Karena itu mereka melirik Indonesia. "Korea berharap, nantinya setidaknya 50% kebutuhan jagung Korea bisa dipasok dari Indonesia," ungkap Sola.
Selain Korea Selatan, rupanya investasi di sektor komoditas jagung juga dilirik oleh China. Menurut Max, China juga sudah menyatakan minatnya untuk menanam jagung di Indonesia dalam rangka memenuhi pasokan jagungnya. "Dalam waktu dekat China juga akan datang ke Indonesia untuk melakukan penjajakan," kata Max.
Tingginya minat investor untuk investasi di sektor komoditas jagung ini nantinya bisa membantu mendongkrak produksi jagung dan menambah luas areal lahan jagung nasional. Sebagai gambaran saja, saat ini luas areal tanam jagung nasional sekitar 3,8 juta hektare - 4 juta hektare. Max memperkirakan kalau investor banyak yang berminat, luas areal tanam jagung bisa meningkat menjadi 5 juta hektare.
"Penanaman jagung ini dilakukan dengan proses mekanisasi, sehingga penambahan lahan 1 juta hektar ini sangat mungkin dilakukan," jelasnya.
Terkendala infrastruktur dan birokrasi
Benny menegaskan, jika memang investor Korea berminat masuk, maka alternatif lahan yang akan digunakan untuk perkebunan jagung ini akan diarahkan ke Sulawesi atau Kalimantan, dan Indonesia bagian timur. "Kita akan mencari pemerintah daerah mana yang siap menyediakan lahan untuk penanaman jagung," jelasnya.
Selama ini, sebenarnya investor Korea Selatan sudah berminat untuk kerja sama di bidang komoditas pertanian. Hanya saja, mereka mengeluhkan beberapa hal terkait dengan infrastruktur yang belum ada, dan proses perizinan yang lambat. Karenanya, nantinya Dewan Hortikultura akan merundingkan permasalahan ini dengan pemerintah. "Rencananya, investor Korea ini akan datang ke Indonesia akhir bulan ini," kata Benny.
Max menambahkan, untuk lahan, saat ini pemerintah daerah provinsi Sumatra Selatan sudah mempersiapkan lahan seluas 10.000 hektare yang bisa digunakan untuk lahan jagung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News