Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) bersama mitra joint venture-nya, PT Krakatau Posco, mempercepat produksi massal baja tahan gempa (seismic grade steel) sebagai strategi utama perusahaan pada tahun 2025.
Langkah ini menjadi penanda penting dalam mendorong kemandirian industri baja nasional, terutama dalam mendukung pembangunan infrastruktur di wilayah rawan gempa di Indonesia.
Produk baja tahan gempa ini dirancang untuk memberikan ketahanan tinggi terhadap deformasi akibat getaran seismik, sekaligus mudah dimodifikasi dan diperbaiki jika terjadi kerusakan.
Produk seperti JIS G3136 SN490 dan baja tulangan SNI 2052:2020 telah digunakan dalam berbagai proyek strategis nasional dan lulus uji ketahanan dari berbagai lembaga, termasuk Laboratorium Bahan Konstruksi Universitas Indonesia (UI).
“Produk ini memenuhi standar ketahanan gempa untuk wilayah seismik seperti Indonesia,” ujar Bambang Suhendro, pakar teknik sipil dari UI, Senin (21/4).
Baca Juga: Ini Strategi Krakatau Steel (KRAS) Hadapi Tantangan Global di Tahun 2025
Kesadaran akan pentingnya baja tahan gempa makin meningkat setelah insiden gempa magnitudo 7,7 di Myanmar yang menyebabkan runtuhnya gedung pencakar langit di Thailand. Pengujian terhadap reruntuhan mengindikasikan penggunaan baja di bawah standar sebagai salah satu penyebab utama kegagalan struktur tersebut.
Data Kementerian Perindustrian mencatat bahwa sekitar 60% kebutuhan baja konstruksi khusus, termasuk material tahan gempa, masih diimpor dari Jepang dan Korea Selatan. Ketergantungan ini membuat biaya proyek tinggi dan rentan terhadap gangguan rantai pasok global.
Namun situasi mulai berubah dengan beroperasinya Krakatau Posco Phase 2 yang meningkatkan kapasitas produksi hingga 3 juta ton per tahun, termasuk jenis seismic grade steel.
Untuk lebih memperkuat kapasitas, Krakatau Steel juga menyiapkan langkah strategis seperti reaktivasi pabrik ISM BF yang akan menambah kapasitas 1,2 juta ton per tahun, serta kolaborasi riset dengan BRIN untuk pengembangan material konstruksi ramah lingkungan (green steel).
Kementerian PUPR turut mendukung penggunaan baja dalam negeri melalui regulasi Permen PUPR No. 13 Tahun 2019 yang mewajibkan baja tulangan SNI digunakan dalam proyek-proyek infrastruktur.
Proyeksi pertumbuhan industri baja nasional pun menunjukkan tren positif. Produksi baja nasional yang sempat anjlok akibat pandemi di 2020 kini diperkirakan mencapai 9,8 juta ton pada 2024, meningkat hampir dua kali lipat dalam empat tahun terakhir.
Keberhasilan Krakatau Steel dalam memproduksi baja tahan gempa tak hanya berkontribusi pada ketahanan infrastruktur nasional, tetapi juga menjadi wujud nyata kemandirian industri dan dukungan terhadap pembangunan berkelanjutan. Dengan kapasitas dan inovasi yang terus ditingkatkan, Krakatau Steel menegaskan posisinya sebagai pilar utama industrialisasi Indonesia yang tangguh dan berdaya saing global.
Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Ekspor 11.600 Ton Baja ke Eropa
Selanjutnya: Malaysia Airlines Berminat Membeli Pesawat Boeing yang Dikembalikan China ke AS
Menarik Dibaca: Promo Superindo Hari Ini 21-24 April 2025, Ayam Kampung Diskon hingga Rp 14.000
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News