kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.692.000   8.000   0,48%
  • USD/IDR 16.364   8,00   0,05%
  • IDX 6.586   -60,04   -0,90%
  • KOMPAS100 978   -11,49   -1,16%
  • LQ45 766   -10,02   -1,29%
  • ISSI 202   -1,26   -0,62%
  • IDX30 397   -4,35   -1,08%
  • IDXHIDIV20 477   -6,09   -1,26%
  • IDX80 111   -1,25   -1,11%
  • IDXV30 117   -0,43   -0,37%
  • IDXQ30 131   -1,88   -1,41%

Industri Baja Masih Merana, Ini Strategi Krakatau Steel (KRAS) Jaga Kinerja di 2025


Kamis, 13 Februari 2025 / 08:00 WIB
Industri Baja Masih Merana, Ini Strategi Krakatau Steel (KRAS) Jaga Kinerja di 2025
ILUSTRASI. Krakatau Steel (KRAS) mengungkapkan sejumlah strategi untuk kerek kinerja di tahun 2025


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memasang sejumlah strategi untuk menjaga kinerja perseroan di tengah volatilitas industri baja global.

Asal tahu saja, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tarif baru sebesar 25% untuk semua impor baja dan aluminium dari semua negara ke AS pada Senin (10/2). 

Tarif impor itu mulai berlaku pada 4 Maret 2025 dan dilakukan tanpa pengecualian atau pembebasan.

Harga baja global pun terpantau mengkhawatirkan. Melansir Trading Economics, harga baja saat ini ada di level CNY 3.241 per ton. Angka itu turun 2,08% sejak awal tahun alias year to date (YTD) dan terkoreksi 16,71% dalam setahun terakhir.

Sementara, harga baja HRC saat ini ada di level US$ 765,95 per ton. Angka itu turun 3,78% dalam setahun terakhir, namun naik 8,03% YTD.

Baca Juga: Krakatau Steel (KRAS) Teken Kesepakatan Pasok 384 Ribu Ton Baja HRC

Direktur Utama Krakatau Steel, Muhamad Akbar melihat, kebijakan AS tersebut mencerminkan sikap negara tersebut yang memandang industri baja domestik mereka berperan penting sebagai ketahanan nasional, sehingga harus melakukan proteksi menyeluruh.

Selain kenaikan tarif tersebut, pemerintah AS juga telah menerapkan berbagai kebijakan untuk melindungi industri bajanya dari produk baja impor. Misalnya, kebijakan trade remedies.

Kebijakan proteksi yang diterapkan oleh pemerintah AS menunjukkan pentingnya peran industri baja sebagai sektor strategis. Alhasil, Indonesia perlu kebijakan tandingan yang mendukung daya saing industri baja nasional agar tetap berkembang dan berkontribusi terhadap perekonomian.

“Sebagaimana kita ketahui bahwa AS telah menerapkan Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) untuk produk baja Indonesia seperti HR Coil & Plate sejak tahun 2000, yang mana besaran tarifnya hingga 52%,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (12/2).

Meskipun begitu, Akbar menegaskan, dampak tarif baru yang akan diterapkan pemerintahan Trump tersebut tidak memberikan dampak langsung ke kinerja perseroan. Sebab, KRAS tidak melakukan penjualan ekspor ke Amerika Serikat.

Namun tarif baru impor baja AS tersebut akan berdampak ke industri baja nasional. Sebab, negara lain yang tadinya mengekspor produk bajanya ke AS akan mengalihkan tujuan ekspornya ke negara potensial, seperti Indonesia.

“Jika pemerintah Indonesia tidak memberikan proteksi, maka produk impor akan leluasa masuk ke Indonesia dan menggerus pangsa pasar produsen baja nasional,” ungkapnya.

 

Terkait fluktuasi harga baja global, faktornya memang beragam. Mulai dari adanya konflik geopolitik, kondisi ekonomi dunia yang tidak menentu, serta suku bunga yang meningkat.

Namun, KRAS optimistis bahwa lewat upaya perbaikan yang dilakukan perseroan, pertumbuhan permintaan domestik, serta dukungan pemerintah, pertumbuhan dan target yang dicanangkan perseroan di tahun ini akan tercapai.

Di tahun 2025, KRAS menargetkan total penjualan baja konsolidasi dapat mencapai 1,7 juta ton, atau meningkat 135% secara tahunan (year on year/yoy) dari tahun 2024.

Menurut Akbar, target penjualan itu berasal dari HRC sebanyak 955.500 ton, CRC 512.000 ton, Pipa dan Long product 252.300 ton.

“Target itu dipasang seiring dengan kembali beroperasinya pabrik Hot Strip Mill (HSM) I serta peningkatan kinerja di berbagai fasilitas produksi KS Grup,” katanya.

Optimisme tersebut juga diperkuat dengan adanya kerja sama (long term supply agreement) antara KRAS dengan 23 perusahaan distributor, pabrikan, hingga coil centre, untuk suplai produk selama kurun waktu dua tahun ke depan.

Sinergi tersebut telah memunculkan berbagai peluang baru, termasuk melakukan ekspor ke berbagai negara di tahun lalu. Misalnya, KRAS bekerja sama dengan industri hilir telah mampu mengekspor produk baja lapis ke Australia, Kanada, dan Puerto Rico pada tahun 2024 dan diharapkan dapat ditingkatkan untuk tahun 2025.

“Selain itu, strategi efisiensi secara konsisten juga terus dijalankan untuk menjaga kinerja positif di tahun 2025,” paparnya.

Akbar mengatakan, setidaknya ada lima strategi utama KRAS di tahun 2025 sebagai upaya memperkuat daya saing dalam menghadapi tantangan di industri baja.

Baca Juga: Pabrik Kembali Beroperasi, Krakatau Steel (KRAS) Targetkan Produksi 1,7 Juta Ton Baja

Pertama, menurunkan variable cost dan fixed cost serta mengendalikan beban operasional, sehingga bisa menghasilkan produk dengan harga bersaing;

Kedua, melakukan pemanfaatan teknologi dan consumer apps untuk optimalisasi proses bisnis secara berkelanjutan.

Ketiga, melakukan sinergi di dalam Krakatau Steel Grup untuk memperkuat rantai pasok, serta meningkatkan nilai tambah dan efisiensi di dalam Grup.

Keempat, menjalin kerja sama dengan beberapa mitra strategis untuk memperkuat sektor hulu dan hilir Perseroan, baik di segmen ?at product maupun long product.

Kelima, bersama Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional, mendorong pemerintah untuk terus meningkatkan implementasi kebijakan-kebijakan yang berpihak kepada industri baja nasional.

Misalnya, implementasi neraca komoditas besi dan baja untuk pengendalian impor, peningkatan instrumen trade remedies seperti Anti Dumping untuk melindungi industri baja nasional dari unfair trade practices, serta peningkatan efektivitas program P3DN.

“Lalu, perluasan penerapan dan meningkatkan pengawasan terhadap implementasi SNI Wajib, keberlanjutan kebijakan Harga Gas Bumi Tertentu (HGBT), serta moratorium izin investasi untuk produk baja yang secara kapasitas sudah cukup untuk memenuhi permintaan nasional,” ujarnya.

Selanjutnya: Minat Investor di Kawasan Industri SSIA Diprediksi Terus Meningkat di 2025

Menarik Dibaca: IHSG Berpotensi Melemah Lagi Gara-gara Inflasi AS Naik di Atas Perkiraan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×