Reporter: Oginawa R Prayogo | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Krakatau Steel (KS) Tbk membantah tudingan dari Industri Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo) yang menilai KS hanya bisa memproduksi baja dari pengolahan baja bekas (scrab). Perusahaan menyatakan, juga mengolah baja dari gabungan bahan scrap dan iron ore pellet (bijih besi).
Namun begitu, Irvan Hakim, Direktur Utama Krakatau Steel mengakui kalau pihaknya masih mengimpor sebagian besar bahan baku baja terutama iron ore pellet scarp. "Iron ore pellet impor unggul karena menggunakan teknologi (pembuatannya) berbasis gas alam," ujarnya kepada KONTAN, Rabu (20/2).
Dia bilang, 80% bahan baku baja di KS berasal dari iron ore pellet dan 20% sisanya berasal dari scrap. Irvan menyebutkan, KS berkomitmen untuk menggunakan bahan baku dari domestik dengan cara melakukan pengembangan teknologi pengolahan baja.
Dengan teknologi baru bernama Blast Furnace tersebut, Krakatau Steel berharap bisa memproduksi besi baja dengan komposisi bahan lokal sebesar 40%. "Blast Furnace akan selesai 30 bulan lagi," ujarnya.
Sebelumnya, Safiun, Presiden Asosiasi Industri Pengecoran Logam Indonesia (Aplindo) menuding KS hanya mampu memproduksi baja dari bahan besi bekas (scrap) saja. Perusahaan pelat merah itu dinilai tak bisa mengolah baja dari bijih besi dan mineral.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News