Sumber: Antara | Editor: Uji Agung Santosa
PALU. Kualitas biji kakao pada musim panen kali ini di Sulawesi Tengah menurun. Hal itu menyebabkan harga jual komoditas perkebunan andalan daerah itu menurun.
Lembang (57), seorang petani kakao di Palu mengatakan, pedagang enggan membeli biji kakao kering karena kempes, padahal biji kakao yang berkualitas baik padat dan berisi. Harga biji kakao kering saat ini Rp 28,500 per kilogram, sedangkan kualitas kurang baik hanya dihargai Rp 20.000 per kilogram.
Menurut Lembang, para pedagang tidak mau membeli biji kakao kempes sehingga menyebabkan para petani merugi. Dia mengaku memiliki kakao sekitar 200 kg yang tidak bisa dijual karena kualitas rendah.
Petani itu mengaku tidak tahu penyebab kualitas biji kakao turun karena tidak ada gangguan hama, bahkan buah kakao terlihat bagus. Hal senada juga disampaikan petani lain, Jonny. Ia mengatakan rata-rata kualitas kakao di Sulteng pada panen raya kali ini yang berlangsung November-Desember 2014 menurun.
"Tidak seperti panen sebelumnya. Kali ini benar-benar kualitasnya turun sehingga petani merugi," katanya menegaskan.
Padahal, kata dia, hasil panen petani pada panen raya kali ini meningkat cukup signifikan dibandingkan panen raya sebelumnya. Para petani berharap pada panen raya mendatang, kualitas biji kakao Sulteng akan kembali meningkat sehingga harga jual juga naik.
Rudi, seorang pedagang pengumpul di Palu menyatakan kebanyakan biji kakao petani kualitasnya jelak. "Kelihatan sepintas biji kakao bagus. Tetapi setelah dipijit ternyata kempes," katanya.
Kondisi tersebut membuat pedagang juga sangat berhati-hati membeli karena bisa merugi pula. Sulteng merupakan salah satu penghasil kakao terbesar di Indonesia. Luas area perkebunan kakao di Sulawesi Tengah pada 2015 sebesar 284.125 hektare dengan jumlah produksi 195.840 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News