Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Cita Mineral Investindo Tbk menyatakan sepanjang kuartal pertama tahun ini masih mencatat laba negatif alias rugi senilai Rp 163,14 miliar. Kerugian perusahaan pertambangan bauksit tersebut lebih buruk 37,3% ketimbang rugi bersih pada Kuartal-I 2014 lalu sebanyak Rp 118,8 miliar.
Yusak Pardede, Direktur sekaligus Corporate Secretary Cita Mineral Investindo mengatakan, kinerja keuangan perusahaannya masih terpuruk karena belum mampu mendapat pendapatan sejak larangan ekspor mineral mentah atawa ore yang berlaku sejak 12 Januari 2014 silam.
"Pasca 12 Januari 2014 saat pemberlakuan larangan ekspor, kami tidak lagi meraih pendapatan. Oleh karena itu, kami berupaya fokus menggelar pembangunan smelter (pabrik pengolahan dan pemurnian) alumina," kata dia usai menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/6).
Pada kuartal pertama tahun 2014 lalu, Cita Mineral masih beruntung karena masih sempat menggelar ekspor sebelum 12 Januari. Di mana, perusahaannya dapat mengantongi pendapatan penjualan bauksit dari dua anak usahanya PT Harita Prima Abadi Mineral dan PT Karya Utama Tambangjaya senilai Rp 167,8 miliar .
Namun di tahun ini, perusahaannya sama sekali tidak memperoleh pendapatan sedangkan kebutuhan biaya operasional masih tetap harus disiapkan. Bahkan, Cita Mineral memproyeksikan sampai akhir 2015, kami masih akan tetap menderita kerugian.
Yusak bilang, proyek smelter alumina yang digarap PT Well Harvest Winning Alumina Refinery diproyeksikan baru beroperasi pada awal 2016 depan. Dengan begitu, perusahaannya dapat mendapat pemasukan penjualan bauksit ke pabrik tersebut dengan volume mencapai 3 juta hingga 6 juta per tahun.
"Sampai akhir 2015, kami sebetulnya akan ada pemasukan dari penjualan bauksit untuk percobaan operasi smelter, namun tidak besar. Keuntungan hasil penjualan alumina milik Well Harvest juga diproyeksikan baru bisa masuk pada 2017 depan," ujar dia.
Asal tahu saja, Cita Mineral memiliki saham mayoritas di PT Harita Prima Abadi Mineral dan PT Karya Utama Tambangraya sebanyak 99,99%. Sedangkan sisinya dimiliki oleh PT Harita Jayaraya.
Sedangkan di Well Harvest, Cita Mineral mencapai 30% saham. Pemegang saham terbesar dimiliki China Hongqiao Group Limited, yakni sebanyak 55%. Selanjutnya, Winning Investment (HK) mencapai 10%, serta Shandong Weiqiao Aluminium Electricity Co Ltd sebesar 5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News