Reporter: Femi Adi Soempeno, IPC |
Vietnam membukukan US$66 juta dari ekspor lada sebanyak 23.000 ton pada kuartal pertama tahun ini. Nilai ekspor tersebut naik 1,54% dari periode yang sama tahun lalu; namun secara volume turun 14,55%.
Ministry of Agriculture and Rural Development menyatakan, harga rata-rata ekspor lada tahun ini sekitar US$3.111 per ton, atau naik 22,1% dari periode yang sama tahun lalu.
Harga lada tersebut diperkirakan akan terus naik seiring dengan menyusutnya suplai lada di pasar global akibat pasokan yang menyusut dan tertundanya panenan lada hingga pertengahan Februari lalu.
Vietnam merupakan negara penghasil sekaligus eksportir lada terbesar di dunia sejak tahun 2001 silam. India, Jerman, dan AS merupakan pembeli terbesar lada Vietnam.
Meski industri lada Vietnam telah mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi dalam satu dekade ini, namun mestinya bakal tetap bisa berkembang dengan stabil. Itu sebabnya, pemerintah Vietnam meminta petani alda dan eksportir untuk menjaga kualitas, memperbesar pasar ekspor dan meningkatkan varian lada yang berkualitas, meningkatkan promosi perdagangan dan meningkatkan permintaan.
Pemerintah terus mendorong industri ini karena berkepentingan untuk membangun sekaligus menjaga trademark Vietnam sebagai negara penghasil lada.
Vietnam mengenalkan kawasan Chu Se di provinsi Gia Lai sebagai kawasan pengembangan lada. Asal tahu saja, harga lada Chu Se lebih tinggi ketimbang harga lada yang dikembangkan di kawasan lain.
Pemerintah berencana untuk mengelola lahan untuk lada sebesar 50.000 hektare dengan produksi tahunan mencapai 100.000 ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News