kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.326.000 1,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kurang lahan, investor bisa hengkang ke Malaysia


Selasa, 24 Juli 2012 / 21:18 WIB
Kurang lahan, investor bisa hengkang ke Malaysia
ILUSTRASI. PT Solusi Bangun Indonesia Tbk (SMCB) telah resmi mengganti merek semen Holcim menjadi Dynamix pada 27 September 2019


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Djumyati P.

JAKARTA. Maraknya permintaan lahan untuk industri yang tak diimbangi oleh pasokan lahan yang tersedia membuat pemerintah harus memutar otak. Pasalnya negara tetangga Malaysia pun sedang menggenjot kawasan industri di negara mereka.

Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan pertumbuhan permintaan kawasan industri disebabkan karena pertumbuhan investasi di dalam negeri. Bila kawasan industri di dalam negeri tidak bertambah, bisa membuat investor mengalihkan investasi mereka ke Negeri Jiran tersebut.

Dia mengungkapkan, Malaysia sudah menyiapkan kawasan industri dengan fasilitas yang lengkap di Johor. Sementara kawasan industri di yang di siapkan di luar Jawa seperti di Sumatera Utara, Riau, dan Kalimantan Timur masih membutuhkan waktu satu hingga dua tahun lagi agar kebutuhan infrastrukturnya bisa terpenuhi. "Yang harus diwaspadai Singapura dan Malaysia sudah menyediakan kawasan industri di Johor dengan fasilitas yang lengkap. Itu jadi kompetitor kita," kata dia.

Hidayat menambahkan, salah satu kawasan industri di luar Jawa dengan peminat yang besar yaitu Pulau Batam juga telah penuh. Sehingga pemerintah menyiapkan lagi lahan untuk industri di kawasan tersebut yaitu di Pulau Bintan.

Salah satu hambatan infrastruktur di luar Pulau Jawa adalah pasokan listrik yang dibutuhkan industri. Misalkan untuk pasokan listrik bagi smelter di luar Jawa, dia mengakui hal ini masih belum bisa dipenuhi oleh PLN. Maka dari itu, ia menawarkan pembangunan power plant dilakukan oleh investor swasta dengan iming-iming insentif pajak seperti tax holiday.

Sedangkan untuk kebutuhan di Jawa sendiri, Hidayat yakin PLN bisa memenuhi listrik yang dibutuhkan industri. "Misal di Jawa Barat pasokan listrik tidak menjadi masalah," tuturnya.

Sementara itu, lahan industri di Pulau Jawa masih menjadi primadona. Padahal lahan untuk kawasan industri di pulau ini sudah hampir penuh. Sehingga pencarian lahan baru yang bisa memfasilitasi investasi baru pun penting untuk dilakukan.

Di Karawang misalnya, Hidayat bilang pemerintah sedang mencari lahan seluas 3.000 hektare hingga 5.000 hektare untuk memfasilitasi niatan investor dari luar negeri, terutama Jepang. Dia mengatakan beberapa investor Jepang berniat membangun pabrik untuk sektor elektronik, permesinan, dan otomotif. Kawasan di Karawang pun dinilai sebagai lokasi yang paling ideal.

Selain karena ketersediaan infrastruktur, hal ini berkenaan dengan rencana untuk mengalihkan transportasi barang dari Tanjung Priok. Sebelumnya pemerintah juga berencana untuk membangun Pelabuhan Cilamaya yang berlokasi di utara Karawang. "Rencananya supaya tidak memakai Tanjung Priok," ujar dia.

Pada tahun ini, lahan industri di Karawang menjadi tujuan dua perusahaan besar asal Jepang untuk menambah pabrik mereka. Juni lalu, PT Sharp Electronics Indonesia mulai membangun pabrik kedua mereka di Karawang senilai Rp 1,2 triliun. "Di pabrik ini akan diproduksi mesin cuci dan kulkas," kata Presiden Direktur Sharp Indonesia, Fumihiro Irie ketika itu.

Di bulan yang sama, PT Honda Prospect Motor juga merealisasikan pembangunan pabrik mereka di Karawang yang membutuhkan total investasi sebesar Rp 3,1 triliun. Dengan pabrik kedua tersebut, maka Honda akan menggenjot kapasitas produksi mereka dari 60 ribu unit per tahun menjadi 180 ribu unit tiap tahunnya.

Kawasan industri sendiri, kata Hidayat, mulai booming pada kuartal pertama 2010 padahal hingga 2009 banyak kawasan industri yang belum dilirik investor. Sejak saat itu permintaan lahan industri pun terus meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×