Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kinerja yang negatif membuat PT Indonesia Air Transport & Infrastructure Tbk (IATA) melego sebagian armada miliknya. Hal ini terjadi lantaran perusahaan milik Harry Tanoesoedibyo ini tidak mendapat perpanjangan kontrak sewa dari salah satu klien yakni PT Total E&P.
Manajemen perusahaan ini pilih menjual pesawat yang sudah tidak punya kontrak kerja agar tidak menambah beban. "Pesawat yang tidak punya kontrak pemakaian akan dilepas," tandas Syafril Nasution, Presiden Direktur PT Indonesia Air Transport & Infrastructure Tbk kepada KONTAN, Senin (21/12).
Ia menyebutkan, Indonesia Air Transport sudah melepas helikopter jenis Airbus AS 365 Dauphin N2 dan pesawat Fokker 50. Namun ia enggan merinci kapan dan berapa persisnya jumlah armada yang dilepas. Berdasar informasi paparan publik, perusahaan ini memiliki satu armada Airbus AS 365 Dauphin N2 dan dua pesawat Fokker 50.
Syafril menjelaskan, saat ini bisnis penyewaan pesawat turun drastis lantaran perusahaan penyewa yakni industri tambang dan migas tengah lesu. Kondisi ini sudah berlangsung sejak tiga tahun terakhir. Alhasil beberapa kontrak kerja yang tidak diperpanjang. "Sehingga pesawatnya menjadi tidak berfungsi," imbuhnya.
Saat ini IATA masih memiliki, kontrak jangka panjang dengan PT Vale Indonesia Tbk di Sorowako, Sulawesi Selatan dan Kangean Energy Indonesia Ltd di Denpasar, Bali. Dua kontrak ini berjangka waktu hingga 2018 nanti. Pada akhir kuartal III, Kangean Energy menyumbang US$ 4,89 juta dan Vale Indonesia menyetor US$ 3,52 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News