kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kurangi energi fosil di pembangkit listrik, begini lima strategi pemerintah


Jumat, 11 Desember 2020 / 13:09 WIB
Kurangi energi fosil di pembangkit listrik, begini lima strategi pemerintah
ILUSTRASI. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

Adapun, kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik per semester I/2020 sebesar 71 GW. Dari total kapasitas tersebut, batu bara masih mendominasi sebesar 35.220 MW (49,6%). 

Total kapasitas tambahan pembangkit listrik yang akan dibangun hingga 2028 adalah sekitar 56,39 GW. Dari jumlah itu, total tambahan kapasitas PLTU dan PLTU Mulut Tambang (MT) dari tahun 2019 hingga 2028 sebesar 27.063 MW (48%).

“PLTU berbahan bakar batubara masih akan dikembangkan dalam lima tahun ke depan dan kemudian secara bertahap akan berkurang. Hingga 2028, Pemerintah menilai ketersediaan batu bara lebih dari cukup untuk pembangkitan listrik,” terang Rida.

Penjelasan tersebut disampaikan Rida dalam webinar bertajuk Prospek Pemanfaatan Batubara untuk Kebutuhan Listrik Indonesia, Kamis (10/12).  

Baca Juga: PLN syaratkan ini bagi pengembang untuk mengikuti proyek EBT

Webinar yang diselenggarakan oleh Independent Research Advisory Indonesia (IRAI) ini juga menghadirkan narasumber Ketua Umum Asosiasi Produsen Listrik Swasta Indonesia (APLSI) Arthur Simatupang dan Kepala Balai Teknologi Bahan Bakar dan Rekayasa Desain BPPT Arie Rahmadi. CEO PT IRAI Lin Che Wei juga hadir dalam webinar tersebut.

Arthur menyebut batubara unggul dari sisi ketersediaan dan sesuai dengan target pemerintah agar listrik lebih terjangkau. “Ketersediaan batu bara di Indonesia ini melimpah dan ini sesuatu yang harus kita perhatikan dari aspek sustainability, lingkungan, dan sosial juga,” ujar Arthur.

Semanatra Arie Rahmadi menyampaikan teknologi untuk membuat batubara lebih bersih sudah tersedia. “Perpindahan dari subcritial unit ke supercritical dan ultra-supercritical sudah dilakukan. Artinya, teknologi sudah ada dan ini bisa mengurangi emisi Gas Rumah Kaca. Kita mengupayakan bagaimana agar batu bara tetap dipakai tapi tetap environmentally friendly,” pungkas Arie.

Selanjutnya: Batubara jadi barang kena pajak di omnibus law, PLN terbebani PPN 10%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×