kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.438   38,22   0,60%
  • KOMPAS100 926   8,20   0,89%
  • LQ45 723   5,45   0,76%
  • ISSI 205   2,17   1,07%
  • IDX30 376   1,61   0,43%
  • IDXHIDIV20 454   0,42   0,09%
  • IDX80 105   1,01   0,98%
  • IDXV30 111   0,45   0,40%
  • IDXQ30 123   0,28   0,22%

Kurangi Impor, Pemerintah Targetkan 2 Fasilitas LPG Baru Beroperasi pada Akhir 2025


Minggu, 20 April 2025 / 15:42 WIB
Kurangi Impor, Pemerintah Targetkan 2 Fasilitas LPG Baru Beroperasi pada Akhir 2025
ILUSTRASI. Pemerintah menargetkan dua fasilitas pengolahan Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau LPG plant tambahan dapat mulai beroperasi pada akhir 2025.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menargetkan dua fasilitas pengolahan Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau LPG plant tambahan dapat mulai beroperasi pada akhir 2025. Kedua proyek tersebut akan dikembangkan di Wilayah Kerja (WK) Jambi Merang dan Offshore North West Java (ONWJ).

Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Djoko Siswanto mengatakan, proyek tersebut akan dikelola oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku operator WK Jambi Merang dan ONWJ.

"Pak Menteri sudah menandatangani alokasi dan harga gasnya. Tujuh bulan dari sekarang insya Allah bisa onstream juga LPG plant nya, itu akan menambah produksi LPG dalam negara juga," kata Djoko saat ditemui Kontan di Jambi, Kamis (17/4).

Baca Juga: SKK Migas Minta INPEX Percepat Keputusan Investasi Akhir Proyek Masela pada 2026

Djoko menambahkan, fasilitas LPG di Jambi Merang dirancang memiliki kapasitas produksi hingga 200 metrik ton per hari. Sementara itu, LPG plant di ONWJ yang berlokasi di lepas pantai Jawa Barat akan memiliki kapasitas sekitar 180 metrik ton per hari.

"LPG dari Jambi Merang, lapangan gas Jambi Merang nanti produksinya bisa 200 metric ton per hari. Sebelum itu juga nanti ada di ONWJ di Jawa Barat, juga sama kapasitasnya sekitar 180 metric," ungkapnya.

Pembangunan dua unit pengolahan LPG ini menjadi bagian dari upaya SKK Migas meningkatkan nilai tambah dari hasil produksi gas nasional sekaligus mengurangi ketergantungan impor LPG.

Dihubungi secara terpisah, Pengamat Ekonomi Energi Universitas Padjadjaran, Yayan Satyakti berharap proyek fasilitas pengolahan LPG dapat segera diselesaikan sesuai target. Pasalnya, upaya ini untuk meningkatkan produksi energi untuk intensitas konsumsi energi yang besar seperti LPG sangat membantu bagi Indonesia, di tengah tingginya impor LPG.

"Akan tetapi, perlu diperhitungkan agar harga LPG ini harus memenuhi kriteria household untuk meningkatkan Household Affordability dan Accesibility. Selain hal itu produksi LPG ini harus mencerminkan adanya fiscal efficiency dengan substitusi impor," ungkapnya kepada Kontan, Minggu (20/4).

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong pengembangan lapangan migas yang dapat memproduksi gas elpiji (LPG) untuk mengurangi ketergantungan impor.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung mengatakan, saat ini pemerintah tengah memetakan wilayah kerja migas yang berpotensi menghasilkan LPG. Pasalnya, sekitar 80% kebutuhan LPG nasional masih dipenuhi dari impor, sehingga peningkatan produksi dalam negeri menjadi prioritas.

Baca Juga: SKK Migas Ungkap Kendala Capai Target Lifting Minyak

“Kalau ada lapangan yang menghasilkan gas seperti di Akatara ini, ya justru sangat berpotensi meningkatkan ketersediaan energi, terutama LPG di dalam negeri,” kata Yuliot usai meresmikan Proyek Akatara di Wilayah Kerja Lemang, Jambi, Rabu (16/4).

Proyek Akatara yang dikelola Jadestone Energy menjadi salah satu contoh lapangan migas yang mampu menghasilkan LPG. Dengan investasi senilai Rp 2 triliun, proyek ini memproduksi gas sebesar 25,7 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD), menghasilkan 185 ton LPG dan 1.000 barel kondensat per hari.

“Dan juga plant yang dibangun di sini, ini kan sangat efisien untuk kita mendapatkan LPG dan juga mendapatkan kondensat. Jadi, untuk kondensat yang bisa kita gunakan untuk industri kimia, sementara LPG-nya untuk kebutuhan masyarakat,” ujar Yuliot.

Produksi LPG dari Akatara diperkirakan mencapai 125.000 metric ton per tahun. Jika dikonversikan ke tabung gas ukuran 3 kilogram, produksi tersebut mampu memenuhi sekitar separuh kebutuhan LPG di Provinsi Jambi. 

“Kalau ini ada dua proyek seperti ini, berarti kebutuhan LPG Jambi bisa terpenuhi,” tambahnya.

Ke depan, pemerintah menargetkan pengembangan lapangan-lapangan gas serupa, khususnya di wilayah Jambi yang memiliki kondisi geologi gas yang mirip dengan Lapangan Akatara. 

Selanjutnya: Dana Kelolaan Dana Pensiun Diproyeksi Tetap Tumbuh di Tengah Tekanan Ekonomi

Menarik Dibaca: Manfaat Konsumsi Kunyit untuk Mengobati Asam Lambung

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×