Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menghadapi kendala dalam mencapai target lifting minyak nasional. SKK Migas mencatat produksi rata-rata harian minyak sebesar 580.224 barel per hari sepanjang 2024, meleset dari target lifting minyak di APBN 2024 sebesar 653 ribu bph.
Adapun, pada tahun 2025, SKK Migas menetapkan target lifting sebesar 1.610 ribu barel setara minyak per hari (BOEPD). Angka ini mencakup produksi minyak sebesar 605 ribu barel per hari (BOPD) serta gas bumi sebesar 1.005 ribu BOEPD, sesuai proyeksi dalam APBN.
Kepala SKK Migas Djoko Siswanto mengungkapkan sejumlah faktor target lifting minyak tak tercapai, mulai dari kondisi sumur yang tua hingga perizinan yang rumit. Salah satu tantangan terbesar adalah fasilitas upstream yang sudah berumur, terutama yang dimiliki oleh Pertamina. Banyak infrastruktur produksi, seperti pipa di offshore, mengalami kebocoran akibat karat.
“Fasilitas di upstream, terutama yang sudah tua, menjadi kendala utama karena sering terjadi kebocoran dan masalah teknis lainnya,” ujar Djoko dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XII DPR RI, Kamis (27/2).
Baca Juga: SKK Migas: Aturan soal Koperasi/BUMD Kelola Sumur Nganggur dan Ilegal Segera Terbit
Selain itu, proses perizinan yang memakan waktu lama turut menjadi tantangan. SKK Migas mencatat perizinan di sektor hulu migas masih cukup kompleks, meskipun telah dilakukan berbagai upaya untuk penyederhanaan regulasi.
“Perizinan kita sudah mulai sederhanakan, regulasi yang menghambat kita cabut, dan sebagainya," tambahnya.
Djoko menambahkan, faktor keamanan juga menjadi perhatian serius. Pasalnya, gangguan masyarakat saat kegiatan eksplorasi dan produksi kerap terjadi. Untuk mengatasi hal ini, SKK Migas bekerja sama dengan TNI dan Polri untuk memastikan kelancaran operasional migas. Di sisi lain, insentif fiskal bagi badan usaha juga terus diupayakan untuk meningkatkan produksi migas.
“Kami terus mendorong insentif fiskal bagi badan usaha agar produksi bisa meningkat,” jelas Djoko.
Berdasarkan laporan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), produksi siap jual atau lifting minyak dan gas bumi sepanjang 2024 hanya mencapai 1.606,4 million barrel oil of equivalent per day (mboepd), lebih rendah dibandingkan target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang ditetapkan sebesar 1.668 mboepd.
Meskipun demikian, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyoroti adanya peningkatan lifting migas dalam dua bulan terakhir 2024. Pada November, realisasi lifting migas mencapai 1.748 mboepd, sementara pada Desember meningkat menjadi 1.868 mboepd.
Secara rinci, rata-rata lifting minyak tahun lalu sebesar 579,7 thousand of barrels oil per day (mbopd), dibandingkan target APBN sebesar 635 mbopd. Pada Desember 2024, realisasi lifting minyak mencapai 657 mbopd, tetapi mengalami penurunan pada Januari 2025 menjadi 532 mbopd.
Baca Juga: SKK Migas Sebut Ada Dua Perusahaan Asing Minat Kelola Sumur Minyak Nganggur
Selanjutnya: Pertamina Lubricants Bidik Potensi Bisnis Pelumas di Sektor Pertambangan
Menarik Dibaca: Finetiks & Bank Victoria Tawarkan Tabungan Digital dengan Imbal Hasil Hingga 6,25%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News