kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.783   12,00   0,08%
  • IDX 7.487   7,88   0,11%
  • KOMPAS100 1.159   4,22   0,37%
  • LQ45 919   5,86   0,64%
  • ISSI 226   -0,48   -0,21%
  • IDX30 474   3,57   0,76%
  • IDXHIDIV20 571   3,72   0,66%
  • IDX80 132   0,67   0,51%
  • IDXV30 140   1,16   0,83%
  • IDXQ30 158   0,67   0,43%

Laba bersih Adaro (ADRO) Tembus US$ 1,9 miliar pada Kuartal III 2022


Selasa, 01 November 2022 / 07:58 WIB
Laba bersih Adaro (ADRO) Tembus US$ 1,9 miliar pada Kuartal III 2022
ILUSTRASI. Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk (ADRO) Garibaldi Thohir


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) berhasil mencetak kinerja ciamik sepanjang periode sembilan bulan pertama 2022. Emiten tambang batubara ini membukukan laba bersih mencapai US$ 1,90 miliar per kuartal ketiga 2022.

Realisasi ini melonjak 352,21% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$  420,90 juta. Dus, laba per saham ADRO naik menjadi US$ 0.06122 dari sebelumnya hanya US$ 0.01316

Baca Juga: Bisnis Batubara Masih Membetot Minat Para Konglomerat Indonesia

Kenaikan laba bersih ADRO sejalan dengan kenaikan pendapatan. Emiten yang dinakhodai oleh Garibaldi ‘Boy’ Thohir ini membukukan pendapatan senilai US$ 5,91 miliar, naik 130% dari pendpatan di periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 2,56 miliar

Boy mengatakan, kenaikan pendapatan ini terutama karena kenaikan pada harga jual rerata alias average selling price (ASP) sebesar 106% year-on-year (YoY) yang disebabkan akibat cuaca buruk, keterbatasan suplai dan peristiwa geopolitik.

Faktor-faktor ini menopang harga batubara mendekati level tertinggi historis yang terjadi pada kuartal kedua 2022. “Dan dengan demikian mendukung kenaikan ASP secara YoY untuk Adaro,” terang Boy, Selasa (1/11).

Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Pertahankan Target Produksi Batubara Tahun Ini

Di sisi lain, beban pokok pendapatan naik 59% yoy menjadi US$ 2,54 miliar. Kenaikan beban ini terutama karena kenaikan pembayaran royalti akibat kenaikan pada ASP maupun biaya penambangan yang terjadi karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) global.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×