Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Selama 2020, MARK telah menjadi tujuan utama produsen sarung tangan dunia. Hal ini tentu menjadi pendorong bagi meningkatnya average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata perusahaan sekitar 15 %. Sebagai informasi, permintaan cetakan sarung tangan global di tahun ini melonjak lebih dari 100% di mana pasokan (supply) seluruh dunia hanya naik lebih kurang 30% sedangkan MARK terus berusaha memenuhi pasokan tersebut.
MARK bahkan telah mengantongi kontrak penjualan sekitar US$ 70 juta untuk pengapalan tahun 2021. Produk MARK laku keras seiring dengan permintaan sarung tangan secara global. “Pada kontrak mendatang, selain Malaysia, produsen sarung tangan juga berasal dari beberapa negara seperti China, Thailand, Vietnam, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat,” imbuh Ridwan.
Penjualan MARK selama ini berorientasi pada pasar ekspor dengan komposisi sekitar 77% dan pasar domestik sekitar 33%. Porsi penjualan lokal meningkat menjadi 33% lantaran hasil konsolidasi dengan anak perusahaan yang baru diakuisisi di bulan Juli 2020.
Penjualan ekspor dari MARK sendiri terus stabil dengan komposisi ekspor 95% dan domestik sebesar 5% mengingat negara yang menjadi tujuan ekspor utama perusahaan adalah Malaysia selaku produsen sarung tangan yang memiliki 65% pangsa pasar sarung tangan di dunia.
Lebih lanjut, pertumbuhan kinerja operasional yang dicapai MARK pada tahun 2020 berjalan seiring dengan peningkatan kinerja keuangan di mana total aset perusahaan meningkat sebesar 63,11% (yoy) menjadi Rp 719,72 miliar per 31 Desember 2020 dibandingkan dengan Rp 441,25 miliar Per 31 Desember 2019.
Aset lancar MARK mengalami peningkatan sebesar 61,96% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 356,87 miliar di tahun 2020 dibandingkan dengan Rp 220,34 miliar di 2019. Sementara itu, terjadi peningkatan aset tidak lancar sebesar 64,24% (yoy) dengan nilai Rp 362,84 miliar di tahun 2020 jika dibandingkan dengan Rp 220,91 miliar di tahun 2019.
Peningkatan juga terjadi pada posisi ekuitas MARK sebesar Rp 409.47 miliar di tahun 2020 dibandingkan dengan Rp 299,02 miliar di tahun 2019. Peningkatan ekuitas ini terjadi menyusul tercapainya peningkatan saldo laba ditahan sebesar Rp 315,5 miliar di tahun 2020 dibandingkan dengan posisi Rp 200,39 miliar di tahun 2019. “Pertumbuhan berkualitas dan berkelanjutan akan tetap dijaga perusahaan,” pungkas Ridwan.
Laba Bersih Mark Dynamic Indonesia (MARK) Tumbuh 63,85% di Tahun Lalu. “Larangan mudik tahun lalu berimbas pada perusahaan sampai 50%,” jelasnya.
Untuk itu, saat ini strategi yang dilakukan LRNA diantaranya adalah melakukan efisiensi dari sisi operasional, mengurangi jumlah bus beroperasi sesuai demand masyarakat. Ia juga bilang bahwa perusahaan belum akan menambah armada baru. Sebab tahun ini belanja modal akan difokuskan untuk menambal kerugian selama tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19.
Selanjutnya: Mark Dynamics (MARK) Bidik Penjualan Naik Dua Kali Lipat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News