kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Langkah optimistis industri otomotif kerek penjualan truk kelas berat


Selasa, 11 Februari 2020 / 17:23 WIB
Langkah optimistis industri otomotif kerek penjualan truk kelas berat
ILUSTRASI. Bisnis truk heavy duty masih bergantung pada harga komoditas


Reporter: Agung Hidayat | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya pasar otomotif nasional dan sektor tambang batubara turut mempengaruhi bisnis truk heavy duty. Meski demikian pelaku industri masih melihat ada beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan untuk mengerek penjualan di tahun ini.

Menurut Jongkie Sugiarto, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Indonesia (Gaikindo), penjualan truk kelas berat biasanya tergantung pada harga komoditas. "Kalau harga meningkat, maka kebutuhan kendaraan niaga ini juga meningkat," kata dia kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2).

Walau bisnis komoditas batubara belum pulih, Agen Pemegang Merek (APM) truk dapat melihat prospek di komoditas lain contohnya agribisnis. Dengan mandatory bahan bakar B30, Jongkie akui bahwa bisnis minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berpeluang mendorong permintaan truk di sektor tersebut.

Baca Juga: Hexindo Adiperkasa (HEXA) bidik penjualan alat berat ke sektor non batubara

Selain itu peluang baru dapat tercipta lewat dibentuknya aturan pengendalian angkutan barang berupa truk dengan kondisi over dimension over loading (ODOL). "Adanya penertiban ODOL , maka ada kemungkinan kebutuhan akan truk juga meningkat," ujar Jongkie.

Sebab, apabila saat ini pengusaha bisa mengangkut beban 20 ton hanya dengan satu truk ODOL, setelah regulasi tersebut berjalan mau tidak mau diperlukan dua truk. Sementara itu mengenai proyeksi pertumbuhan bisnis di segmen kendaraan ini, Jongkie enggan memberikan angka yang spesifik.

Secara keseluruhan, Gaikindo menargetkan volume penjualan mobil nasional setidaknya tumbuh 5% di tahun ini. Volume penjualan truk, dari kelas ringan sampai kelas berat di tahun lalu menyumbang 93.594 unit atau sekitar 9% dari volume penjualan mobil nasional.

Capaian penjualan truk di tahun kemarin mengalami penurunan sekitar 17% year on year. Pasar yang melemah juga dialami APM truk, PT Hino Motor Sales Indonesia (HMSI) yang volume penjualan kendaraannya hanya 31.000 unit, padahal di tahun sebelumnya Hino mencetak angka penjualan di level 40.000 unit.

Tantangan yang dihadapi cukup berat, namun tak menghentikan Hino untuk membidik angka penjualan kisaran 36.000 unit di tahun ini. Menurut Santiko Wardoyo, Direktur Penjualan dan Promosi HMSI walau harga batubara lesu, namun hal tersebut tak mempengaruhi aktivitas di pertambangan.

Baca Juga: Kendaraan Hino sudah siap gunakan bahan bakar B30

"Walau demikian produksi mereka tak mungkin langsung mati dan masih ada tempat bagi demand truk," sebut Santiko kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2). Selain pertambangan, sektor komoditas perkebunan seperti sawit ditengarai bakal naik daun di tahun ini.

Hal ini bisa menjadi peluang bagi permintaan truk, baik dari light, medium hingga heavy duty. "Harga CPO membaik tentu jadi kesempata, cuma diharapkan dapat berbarengan dengan kenaikan suplai dan demandnya yang nantinya akan terasa bagi kebutuhan sarana pengangkutan," terang Santiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×