Reporter: Agung Hidayat | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peralihan transaksi masyarakat dari offline ke online menjadi perhatian utama PT Lautan Luas Tbk (LTLS). Khususnya untuk produk-produk manufaktur, perusahaan ini tidak ingin ketinggalan dalam menjajaki segmen business to consumer (B2C) di internet.
Menurut Head of Corporate Communication Lautan Luas, Ridwan Adipoetra, pihaknya juga memainkan media sosial sebagai platform untuk memperkenalkan produk baru. "Seperti channel Youtube untuk produk Fiber Crème," katanya kepada KONTAN (20/10).
Perseroan bertekad untuk melakukan pengembangan produk-produk baru lainnya dan menggunakan media sosial sebagai sarana promosinya. "Intinya kami ingin kembangkan produk-produk yang inovatif," sebut Ridwan.
Sampai dengan kuartal tiga 2017, Lautan Luas optimis meraih pertumbuhan yang signifikan. Ridwan cukup percaya diri lantaran pada kuartal sebelumnya LTLS selalu mengalami pertumbuhan bisnis. Adapun target pendapatan LTLS tahun ini berkisar di Rp 7 triliun, atau naik 9% dibandingkan pendapatan tahun lalu.
LTLS selalu melihat peluang bisnis lainnya, seperti ketika pemerintah tengah gencar meningkatkan investasi pabrikan industri kimia di dalam negeri. "Kalau banyak pabrik kimia dalam negeri tentu itu menguntungkan bagi kami, karena dapat memasok kebutuhan mereka," terang Ridwan.
Selain manufaktur LTLS juga memainkan lini bisnis distribusi dan importer raw material untuk industri kimia. "Customer kami sampai saat ini ada lebih dari 2.000," ujar Ridwan. Pihaknya percaya diri lantaran telah mengantongi Authorized Economy Operator (AEO).
Selain itu pula LTLS memiliki Pusat Logistik Berikat (PLB) milik sendiri. Saat ini PLB LTLS berada di Semper, Jakarta; Cibitung, Jawa Barat; dan Ciwandan, Banten. Perusahaan ini berencana menambah perluasan PLB dibeberapa titik seperti Surabaya, Medan dan Semarang.
Sebagai gambaran, total pendapatan LTLS hingga akhir semester satu lalu mencapai Rp 3,45 triliun. Dari total pendapatan, sebesar Rp 2,18 triliun berasal dari bisnis distribusi, Rp 1 triliun dari bisnis manufaktur dan Rp 267,95 miliar dari segmen jasa.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News