Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pelaku industri packaging (kemasan) kini tengah bersiap-siap menyambut lebaran. Pasalnya, tingkat volume permintaan kemasan bakal naik 15% sampai 20% ketimbang bulan biasa.
Ariana Susanti, Direktur Pengembangan Bisnis Federasi Pengemasan Indonesia mengatakan bahwa kenaikkan tersebut merupakan siklus yang terjadi karena kenaikkan permintaan dari industri hilir seperti makanan dan minuman. "Permintaan pasar akan kemasan selalu meningkat tiap lebaran," ujar Ariana pada KONTAN, Senin (9/6).
Ia mengatakan bahwa kenaikkan permintaan mulai terjadi sejak dua bulan sebelum lebaran. Namun lebaran tahun ini, pertumbuhan permintaan lebih kecil dibandingkan tahun lalu. Pada tahun lalu pertumbuhan permintaan kemasan saat lebaran mencapai 30% dibandingkan bulan-bulan biasa non-lebaran.
Pasalnya tahun ini harga dollar melambung tinggi. Adapun bahan baku produksi kemasan untuk plastik itu 40%-50% impor, dan bahan baku produksi kertas dibeli dengan harga dollar. "Lebaran tahun lalu dollarnya masih di kisaran Rp 9.000, sedangkan sekarang Rp 11.500 - Rp 11.800. Ada pembengkakkan biaya bahan baku," terang Ariana.
Tidak hanya tertekan harga bahan baku, pengusaha kemasan juga harus menghadapi tekanan kenaikkan tarif dasar listrik yang mengerek beban produksi perusahaan. Adapun beban produksi bisa terkerek sampai dengan 5%.
Pihaknya juga tidak bisa menaikkan harga jual, karena klien mereka, yaitu brand owner perusahaan hilir seperti perusahaan makanan, tidak mau membeli dengan harga mahal, karena sesuai kontrak jangka panjang, ketika dollarnya masih ringan. "Kami tidak bisa menaikkan harga jual. Profit margin kami berkurang karena hal-hal itu. Maka kami berharap betul lebaran ini bisa tingkatkan volume penjualan kami," ujar Ariana.
Ia menjelaskan, untuk bisa tetap bertahan, pengusaha kemasan melakukan inovasi dengan membuat kemasan yang cocok untuk makanan ritel, yang bisa diproduksi masal dengan biaya yang lebih ringan.
Sementara itu produsen plastik dan kemasan PT Champion Pacific Indonesia, mengatakan lebaran tahun ini bisa meningkatkan permintaan sebesar 10% dibandingkan lebaran tahun lalu. "Kenaikkan itu lebih banyak ditopang dari kemasan obat-obatan imbas dari diberlakukannya Jaminan Kesehatan Nasional oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan. Kan tetap ada saja orang sakit saat lebaran. Lalu sedikit banyak dari kemasan makanan," ujar Antonius Muhartoyo, Direktur Utama emiten berkode saham IGAR ini.
Portofolio penjualan IGAR saat ini 75% untuk kemasan farmasi. Sisanya untuk kemasan non farmasi. Penjualan mereka 95% di dalam negeri, sisanya untuk ekspor ke Filipina.
Dengan adanya lebaran, bisa meningkatkan omzet IGAR pada kuartal kedua tahun ini. Namun pihaknya mengaku belum hitung secara pasti besaran omzet tersebut. Anton hanya mengatakan, pihaknya optimistis omzet perusahaannya pada semester pertama lebih dari 50% dari target penjualan tahun ini yang sebesar Rp 726 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News