kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lepas logo Cap Kaki Tiga, SBS yakin kuasai pasar minuman penyegar


Kamis, 08 September 2011 / 22:37 WIB


Reporter: Maria Rosita |

JAKARTA. Kemelut pemilikan lisensi Cap Kaki Tiga rupanya tidak membendung semangat bisnis PT Sinde Budi Sentosa (SBS). Setelah resmi melepas logo Kaki Tiga dari merek Larutan Penyegar, SBS optimistis konsumen tidak beralih dari produknya.

Herman Notolegowo, Deputi Direktur Pemasaran SBS, Herman Notolegowo, menggambarkan pihaknya sanggup menguasai separuh dari total pasar minuman penyegar baik cair maupun bubuk. Alasannya, yang dicari konsumen bukanlah lisensi, melainkan formula dan khasiat.

SBS berhenti menempelkan Logo Kaki Tiga di merek Larutan Penyegar per 23 Mei. Hal itu dilakukan menyusul instruksi Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Dengan begitu, Kino Corporation resmi memiliki lisensi Kaki Tiga setelah ditunjuk Wen Ken Drug Pte Ltd sebagai distributor di Indonesia. Dengan gesit, per 6 Juli SBS memasarkan minuman pengobat panas dalam dengan desain baru.

Pada kaleng tertera Larutan Penyegar, semula Larutan Penyegar Kaki Tiga. Sedangkan botol, yang tadinya Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga menjadi Larutan Penyegar Cap Badak. Untuk lebih membedakan, dalam botol milik SBS ada huruf timbul Sinde.

Herman berpendapat sampul baru Larutan Penyegar tak akan berpengaruh buruk. "Volume produksi tidak berubah, penjualan pun tidak menurun. Dampak kehadiran kompetitor baru yang sebenarnya sudah kami besarkan itu bukan apa-apa sekalipun mereka memanfaatkan ketidakmengertian masyarakat," ujar Herman kepada KONTAN, Kamis (8/9).

Strateginya, SBS mengupayakan pemisahan posisi produk Larutan Penyegar dengan milik kompetitor di ritel. Untuk tujuan ini, SBS mengandalkan jaringan distribusi hingga agen di Indonesia. Selain itu, SBS gencar beriklan di media massa. Di televisi misalnya, SBS merogoh Rp 25 juta untuk iklan durasi 30 detik. "Ini bukan karena takut, tapi menjaga supaya konsumen tidak salah mengonsumsi. Kalau mereka menikmati formula yang bukan asli SBS, kami juga yang kena, sebagai market leader jangan sampai lengah," terang dia.

Kuasai pasar

Kini pasar minuman penyegar bertambah. Setelah Larutan Penyegar, Lasegar, Adem Sari, hadir Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga. SBS optimistis bisa meraup sekitar Rp 1 triliun dalam penjualan setahun atau sekitar separuh dari total pasar. Herman menjelaskan penjualan botol saat ini dengan kaleng berbanding 1:2. Bahkan kini penjualan Lasegar, yang juga milik SBS, mulai menunjukkan taring.

Herman menaksir, tahun lalu kontribusi Larutan Penyegar berkisar 70% terhadap total sales. Tahun ini sebatas 65%. Di saat yang sama, sumbangan Lasegar terhadap sales berangsur naik. Herman menargetkan omzet tahun 2011 naik minimal 20% dibandingkan tahun lalu.

Dia optimistis karena SBS rajin berinovasi. Yaitu dengan memadukan kandungan herbal dengan rasa dalam produk-produk ke depan. Kini Larutan Penyegar memiliki tujuh varian rasa. Awal 2011 lalu, SBS mengeluarkan Liang Teh Cap Pistol. Bagi Herman, konsumen makin peduli kesehatan, daya beli meningkat, ditambah tren mengonsumsi jamu saat ini. Lantaran volume produksi meningkat 20%, SBS siap menambah mesin baru untuk pabrik di Bekasi.

Herman tak menampik ke depannya SBS tetap mengutamakan produk herbal berupa minuman untuk menjawab kebutuhan pasar. Rencana lain, dalam waktu dekat SBS akan mencabut logo Kaki Tiga dari produk-produk lain, seperti halnya balsem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×