Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Beban tugas PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) bukan saja membereskan 35.000 megawatt. BUMN ini juga menyelesaikan proyek mangkrak fast track program tahap II sebesar 10.000 MW.
Selain dua proyek besar itu, PLN juga tengah membangun gardu induk dan transmisi di seluruh Indonesia. Termasuk penugasan menerangi 2.500 desa serta menerangi daerah terdepan, terluar, dan tertinggal dengan memakai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Maka tidak heran jika PLN menangung risiko keuangan yang tinggi.
Saat ini pendapatan PLN hanya dari subsidi pemerintah dan juga penjualan listrik. Kepala Satuan Komunikasi Korporat PT PLN I Made Suprateka mengatakan, meskipun memiliki beban keuangan yang besar, PLN tetap harus bisa mencari cara mendapatkan pendanaan untuk mengerjakan proyek kelistrikan di Indonesia.
Kata Made, beban keuangan tersebut ditanggung PLN bukan karena ketidakmampuan PLN mengelola keuangan. Namun karena banyaknya pembangkit-pembangkit yang harus dibangun PLN. Pembangkit-pembangkit listrik ini dalam tiga sampai lima tahun belum bisa menyumbang pendapatan bagi PLN.
Biarpun begitu, PLN terus berupaya agar bisa mengurangi resiko. Pertama, dengan memanfaatkan grace periode, yakni PLN hanya membayar bunga saja dan tidak membayar angsuran.
Kedua, PLN juga melakukan revaluasi aset menjadi Rp 1.100 triliun agar likuiditas terjaga. "Kami menyiapkan tentunya melakukan revaluasi aset untuk menyiapkan artinya sampai menyelesaikan proyek ini. PLN bisa kurang lebih akan mampu memelihara tingkat likuiditas yang baik seiring dengan meningkatnya jumlah pinjaman ke perusahaan," kata Made kepada KONTAN pada Selasa (26/9).
Ketiga, yang bisa dilakukan oleh PLN untuk menurunkan resiko keuangan akibat besarnya pinjaman adalah dengan melakukan repayment schedule. Namun langkah ini adalah langkah terakhir, karena repayment schedule diambil jika proyek yang dibangun sudah memberi pendapatan bagi perusahaan.
Keempat, Made juga mengungkapkan, ada upaya lain yang dilakukan PLN yaitu melakukan efisiensi. "Efisiensi misalnya mengganti beberapa fuel mix yang dimiliki dengan energi primer yang efisien seperti solar, batubara, gas dan EBT," ungkapnya.
Kelima, PLN mulai mengelola sumber-sumber energi primer seperti panas bumi dan tambang. Tujuannya agar bisa menekan biaya pokok produksi dan ada margin yang bisa didapat PLN.
PLN minta harga wajar
Made mengatakan, PLN mengimbau juga kepada para perusahaan penyedia energi primer, yakni batubara dan bahan bakar minyak agar bisa memberikan harga yang lebih kompetitif bagi PLN. Dengan begitu PLN bisa memberikan tarif yang terjangkau bagi masyarakat.
Menurut dia, silakan saja pengusaha-pengusaha energi primer yang menyuplai ke PLN kalau mencari untung. "Tapi jangan terlalu ambisius. Pikirkan rakyat Indonesia yang perlu harga listrik terjangkau," katanya. Seperti diketahui, selama ini harga listrik di Indonesia tidak memakai sistem kluster, artinya seluruh daerah di Indonesia harga listrik sama, tidak seperti harga BBM yang berbeda setiap daerah.
Sehingga PLN selama ini melakukan subsidi silang atas daerah yang tidak ekonomis dibangun pembangkit agar harga listrik tetap sama di semua daerah.
Terakhir, Made juga berharap agar industri bisa menggunakan listrik dari PLN, bukan membangun pembangkit listrik sendiri. Alasaannya, saat ini ada excess power yang sudah PLN siapkan.
"Pakai saja kelebihan listrik itu. Kalau dulu memang ada defisit, makanya perlu membangun pembangkit sendiri. Namun sekarang terbalik, PLN sudah surplus," jelas Made.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News